Selasa, 13 April 2010

Kata kata indah

Kata bijak


 kecerdasan sejati adalah berbagi pengetahuan antar generasi
 awali hidup dengan sebuah senyuman
 kebahagiaan itu datang setelah kita menerima ketidak bahagiaan itu sendiri
 kesabaran itu pahit tapi manis buahnya
 Kesabaran merupakan obat yang terbaik dalam kesulitan
 kehilangan semangat untuk bangkit merupakan akhir dalam perjuangan
 jadikanlah dirimu senyum bagi sesama dan buatlah mereka bahagia
 jika air mata adalah beban, maka jadikanlah senyum untuk penawarnya
 hidup ini bagaikan putaran roda, harus dikayuh agar dapat berputar
 Keberuntungan merupakan hadiah bagi mereka yang berusaha
 Kesempatan selalu ada, hanya kita yang tidak tahu kapan kesempatan itu datang
 Pekerjaan itu bagus dibuat dengan kematangan hati
 Berharaplah untuk yang terbaik dan bersiaplah untuk yang terburuk
 Orang menilai dari apa yang mereka lihat bukan dari apa yang mereka ketahui
 Rasa egois adalah saat kita tidak menghargai orang lain, rasa egois hilang adalah saat kita merasa tidak dihargai orang lain
 The love can you lought, afraid, happy, sad, and fly … creat love to make spirit and new power for your life… okey ^_^ your life will very nice and beautiful
 Heart live in the coming day, there’s an end to passing sorrow suddenly all flies away, And delight returns tomorrow
 You’re my star and when I’m far, I would never feel alone… ‘cause my home is in your heart. When you love someone, you’ll do anything you’ll deny the truth and believe in lies
 True love only comes once in a life time, so take it as it goes and enjoy every bit of it while its still burning strong.
 Thank you for your hard work and patience on this holiday.
 Warm greetings and best wishes for happiness in the coming year.
 Rgotten you friend is someoi ho know’s the so your heart and n when you hav someoi rgotten and when you hav
 I like the song.. but I don’t like the singer and I just hope that you can help him to sing because I can’t stand to hear his voice
 Can you take me to the moon and back again to earth with this amazing plane I can fly anywhere I want
 I feel that I’m so alone… no one’s here with me now… I need some one to play with me… someone who’ll understand me!!!
 She is an adverturer she likes to play and swim most of her friends lover her because she is a cheerful and helpful girl
 Sometimes you just gonna have to keep on moving
 Room whithout books is like a body without a soul
 The best mirror is an old friend
 Everyday we are never sad, we are always happy, let’s join us for play together
 Excellence isn’t a destination, it is a continouos journey that never ends

pre-eklamsia contoh proposal

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kematian maternal didefinisikan sebagai kematian wanita pada masa kehamilan sampai dengan 42 hari sesudah kelahiran, tidak tergantung dari lama dan lokasi kehamilan dan disebabkan oleh apapun yang berhubungan dengan kehamilan atau penanganannya, tetapi tidak secara kebetulan atau oleh penyebab tambahan lainnya.
Menurut WHO tahun 2008 menyatakan bahwa masih tingginya morbiditas dan mortalitas pada ibu hamil dan bersalin merupakan masalah besar di negara berkembang. Di negara miskin sekitar 25-50% kematian usia subur disebabkan oleh hal yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan. Berdasarkan data penelitian world bank atau bank dunia tahun 2008, angka kematian ibu saat melahirkan adalah 420 dari 100.000 ibu yang melahirkan.
Menurut Depkes RI (2007) kondisi derajat kesehatan di Indonesia masih memprihatinkan antara lain ditandai dengan masih tingginya AKI yaitu 228/100.000 kelahiran hidup dan kematian bayi baru lahir 34/1.000 kelahiran hidup (SDKI 2007-2008).
Di Indonesia angka kematian ibu (AKI) adalah 235/100.000 kelahiran hidup, hingga tahun 2009 diharapkan angka kematian ibu mencapai 226/100.000 kelahiran hidup. (Dinkes, Sumsel 2007).
Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2005, penyebab kematian ibu secara langsung diantaranya perdarahan 30%, eklamsia 25%, Infeksi 12%, Abortus 5%, Emboli Obstetri 3%, Komplikasi masa nifas 16%, Penyebab lain 12%, Sedangkan penyebab tidak langsung lainnya seperti terlambat mengenali tanda bahaya karena tidak mengetahui tanda kehamilan dalam resiko tinggi, terlambat mencapai fasilitas untuk persalinan dan terlambat untuk mendapatkan pelayanan.
Angka kematian ibu di Sumatera Selatan pada tahun 2007 mencapai 62,1% kelahiran hidup, dan pada tahun 2008 menjadi 54,4% kelahiran hidup, baik faktor resiko maupun resiko tinggi dalam kehamilan hendaknya memilki pemantauan yang ketat dan merupakan prioritas dalam pelayanan antenatal care (ANC).
Infeksi nifas menyokong tingginya angka mortalitas dan morbiditas maternal yaitu 38%. Kejadian infeksi nifas di Indonesia memberikan kontribusi 10% Penyebab langsung obstetrik dan 8% dari semua kematian ibu (DepKes RI, 2008).
Sedangkan di SumSel, angka kejadian infeksi nifas tahun 2009 mencapai 43% dari seluruh jumlah ibu postpartum. Diharapkan angka ini dapat menurun hingga 19% pada tahun 2010.
Jumlah ibu nifas di RSUD Palembang BARI tahun 2009 adalah 633 orang. Dalam hal ini jumlah ibu nifas yang mnengalami kejadian infeksi nifas di RSUD Palembang BARI pada tahun 2009 adalah 142 orang (22,42%). Diharapkan angka ini dapat menurun hingga 12% di tahun 2012.

1.2 Rumusan Masalah
Masih tingginya angka kejadian infeksi masa nifas pada ibu (22,42%) yang melakukan kunjungan di RSUD Palembang BARI pada tahun 2009.

1.3 Pertanyaan Penelitian
a. Berapa proporsi ibu yang mengalami infeksi masa nifas di RSUD Palembang BARI pada tahun 2009
b. Apakah ada hubungan antara kejadian infeksi masa nifas dengan penolong persalinan.
c. Apakah ada hubungan antara kejadian infeksi masa nifas dengan pengetahuan ibu.
d. Apakah ada hubungan antara kejadian infeksi masa nifas dengan Jenis persalinan.

1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian infeksi masa nifas pada ibu postpartum di RSUD Palembang BARI tahun 2009.

1.4.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui jumlah proporsi ibu yang mengalami kejadian infeksi masa nifas.
b. Untuk mengetahui hubungan antara penolong persalinan dengan kejadian infeksi masa nifas di RSUD Palembang BARI tahun 2009.
c. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian infeksi masa nifas di RSUD Palembang BARI tahun 2009.
d. Untuk mengetahui hubungan jenis persalinan dengan kejadian infeksi masa nifas di RSUD Palembang BARI tahun 2009.

1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI
Motivasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan di masa yang akan datang agar lebih baik.

1.5.2 Bagi Pendidikan Akademi Kebidanan Tunas Harapan Bangsa Palembang
Sebagai tambahan bahan bacaan/literatur bagi mahasiswa Akademi Kebidanan Tunas Harapan Bangsa Palembang.

1.5.3 Bagi Mahasiswi Akademi Kebidanan Tunas Harapan Bangsa Palembang
Membantu dalam menyelesaikan Pendidikan di Akademi Kebidanan Tunas Harapan Bangsa Palembang.

1.6 Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan di Poli Kebidanan RSUD Palembang BARI pada tanggal 1-12 desember 2009, adapun populasinya ialah semua ibu nifas yang melakukan kunjungan nifas di wilayah kerja RSUD Palembang BARI. Analisa yang digunakan adalah Bivariat, dengan metode penghitungan chi- square.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persalinan.
A. Definisi persalinan
Persalinan merupakan serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selapu janin secara lengkap dari tubuh ibu. Bila persalinan ini berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir disebut persalinan spontan. Sebaliknya bila persalilnan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi forceps atau dilakukan operasi Sectio Caesarea maka disebut Persalinan buatan. Pada umumnya persalinan terjadi bila bayi sudah cukup besar untuk hidup diluar, tetapi tidak sedemikian besarnya sehingga menimbulkan kesulitan dalam persalinan. Kadang-kadang persalinan tidak mulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitogin atau prostaglandin. Keadaan ini disebut persalinan anjuran. Beberapa istilah
Gravida : wanita yang sedang hamil. Para : wanita pernah melahirkan bayi yang dapat hidup (viable). In partu : wanita yang sedang berada dalam proses persalinan.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan.
1. Power
His (kontraksi ritmis otot polos uterus), kekuatan mengejan ibu, keadaan kardiovaskular respirasi metabolik ibu.
2. Passage
Keadaan jalan lahir.
3. Passanger
Keadaan janin (letak, presentasi, ukuran/berat janin, ada/tidak kelainan anatomik mayor) (factor-faktor "P" lainnya : psychology, physician, position). Dengan adanya keseimbangan/kesesuaian antara faktor-faktor "P" tersebut, persalinan normal diharapkan dapat berlangsung.
4. Penolong.
5. Psikis.

2.2 Puerperium Normal.
A. Definisi Puerperium
Puerperium adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Puerperium adalah periode pemulihan dari perubahan anatomis dan fisiologis yang terjadi selama kehamilan.

B. Fisiologis Masa Nifas
1. Involusi Rahim
Setelah placenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi dan retraksi otot-ototnya.
• Fundus Uteri : ± 3 jari di bawah pusat
• Berat : 1000 Gram (Post partum)
500 Gram (± 1 minggu Post partum)
50 gram (akhir masa nifas)

Involusi terjadi karena :
- Sel menjadi lebih kecil (cytoplasma) yang berlebihan dibuang
- Autolysis

Dimana zat protein dinding rahim dipecah, diabsorpsi dan kemudian dibuang dengan air kencing ditunjukan dengan ditemukannya kadar nitrogen dalam air kencing yang sangat tinggi.

2. Involusi tempat implantasi placenta.
• Post partum merupakan luka ± sebesar telapak tangan
Setelah persalinan, tempat placenta merupakan tempay dengan permukaan kasar, tidak rata dan kira-kira sebesar telapak tangan.Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm.
• Proses penyembuhan tanpa parut,
Pada permulaan nifas bekas placenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh thrombus. Biasanya luka yang demikan sembuh dengan cara yang luar biasa ialah dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan baru endometrium baru dibawah permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga dari sisa-sisa kelenjar pada dasar luka.

3. Pembuluh darah rahim.
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak, maka arteri mengecil lagi pada masa nifas.

4. Perubahan pada serviks dan vagina
• Ostium Externum lebih besar
Beberapa hari stelah persalinan, Ostium Externum dapat dilaluioleh 2 jari, pinggir-pinggirnya tidak rata tetapi retak-retak karena robekan dalam persalinan. Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja, dan lingkaran retraksi berhubungan dengan bagian atas dari canalis cervicalis.
• Rugae vagina terbentuk lagi ± minggu ke 3 PP.

5. Dinding Perut
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang sangat lama, tetapi biasanya pulih kembali dalam ± 6 minggu.

6. Traktus Urinarius
• Oedema Trigonum → Retentio urine.
Dinding kandung kencing memperlihatkan oedema dan hyperaemia. Kadang-kadang oedemadari trigonum, menimbulkan obstruksi dari utethra sehingga terjadi retentiop urinae.
• Vesica Urinaria :
- Kurang sensitive
- Kapasitas bertambah
Kandung kencing dalam puerperium kurang sensitiv dan kapasitasnya bertambah sehingga kandung kencing penuh atau sesudah kencing masih tinggal urine residual. Sisa urin dan trauma pada dinding kandung kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi.

7. Laktasi
Keadaan buah dada pada 2 hari pertama nifas sama dengan keadaan dalam kehamilan. Pada waktu ini buah dada belum mengandung susu, melainkan kolostrum yang dapat dikeluarkan dengan memijat oerola mammae.
• Kolostrum adalah cairan berwarna kuning tua seperti jeruk nipis yang disekresi payudara pada awal masa nifas
• Kolostrum lebih banyak mengandung protein dan mineral tapi lebih sedikit mengandung gula dan lemak daripada ASI.
• Cairan kolostrum terdiri dari albumin, yang membeku kalau dipanaskan.
• Kolostrum mengandung euglobulin yang mengandung antibodi sehaingga menambah kekebalan tubuh bayi.

Sebab-sebab laktasi :
• Estrogen dan progesteron dari plasenta merangsang pertumbuhan kelenjar-kelenjar susu, sedangkan progesteron merangsang pertumbuhan saluran kelenjar. Kedua hormon ini menghambat LTH (Prolactin). Setelah plasenta lahir, maka LTH dengan bebas merangsang laktasi.
• Lobus posterior hypohyse mengeluarkan oxytocin yang merangsang pengeluaran air susu. Pengeluaran air susu adalah refleks yang ditimbulkan oleh rangsangan penghisapan putting susu oleh bayi. Rangsangan ini menuju ke hypohyse dan menghasilkan oxytocin yang menyebabkkan buah dada mengeluarkan air susunya.

8. Hari ke 3 post partum
Mammae besar, keras,nyeri. Ini menandai permulaan sekresi air susu.
• Kondisi – kondisi ibu dilarang menyusui anaknya:
• Mastitis purulenta
• Penyakit menular
• Keadaan umum ibu kurang baik
• Bayi prematur/ sakit keras

9. His pengiring (royan)
• Kontraksi & relaksasi rahim
• Umum multipara

10. Lochia
• Cairan yang keluar dari vagina pada awal masa nifas.
• Merupakan sekret luka, yang berasal dari luka dalam rahim terutama luka placenta.
• Lochia
• Rubra (berupa darah) : 3-4 hari
• Serosa (darah encer) : Sampai hari ke 10
• Alba (cairan putih) : Setelah hari ke10 ± sampai 2-4 mg

C. Penatalaksanaan puerperium
1. Kala IV : 1 jam pertama post partum. Pemeriksaan placenta supaya tidak ada bagian-bagian placenta yang tertinggal.
a. Pengawasan tingginya fundus uteri
b. Pengawasan perdarahan dari vagina
c. Pengawasan konsistensi rahim
d. Pengawasan keadaan umum ibu

2. Early Ambulation
Early Ambulation adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing pasien keluar dari tempat tidurnya dan membimbing selekas mungkin berjalan.
3. Diet
Diet harus sangat mendapat perhatian dalam masa nifas karena makanan yang baik mempercepat penyembuhan ibu, Selain itu makanan ibu sangat mempengaruhi susunan air susu.
4. Suhu
Harus diawasi terutama dalam minggu pertama dari masa nifas karena kenaikan suhu adalah tanda pertama infeksi.
5. Miksi
Pasien dianjurkan untuk buang air kencing 6 jam postpartum.
6. Defekasi
Jika pasien hari ketiga belum juga buang air besar, mak diberi clysma air sabun atau glycerine.
7. Puting susu
Puting susu harus diperhatikan kebersihannya dan rhagde (luka pecah) harus segera diobati karena kerusakan putting susu dapat menyebabkan mastitis.
8. Haid
Bagi ibu yang tidak menyusui anaknya, maka haid akan datang lebih cepat dari pada ibu yan menyusukan anaknya. Ibu yang tidak menyusukan anaknya biasanya haid datang 8 minggu postpartum, sedangakan ibu yang menyusui anaknya biasanya haid datang pada bulan ke-4 postpartum.
9. Keluarga Berencana (KB)
Masa postpartum merupakan saat yang paling baik untuk menawarkan kontrasepsi karena pada masa ini pasangan suami istri mempunyai motivasi tinggi untuk menunda kehamilan. Pil dapat mempengaruhi sekresi air susu, biasanya ditawarkan IUD, injeksi atau sterilisasi.

2.3 Infeksi nifas.
A. Definisi
Infeksi masa nifas dalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat–alat genital pada waktu persalinan dan nifas. Demam nifas atau morbiditas puerperalis meliputi demam dalam masa nifas oleh sebab apapun. Menurut Joint Committee on Maternal Welfare, morbiditas puerperalis ialah kenaikan suhu sampai 380 C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama postpartum, dengan mengecualikan hari pertama.

B. Etiologi
Infeksi nifas umumnya disebabkan oleh bakteri yang dalam keadaan normal berada dalam usus dan jalan lahir. Gorback mendapatkan dari 70 % biakan serviks normal dapat pula ditemukan bakteri anaerob dan aerob patogen. Kuman anerob adalah kokus gram positif (Peptostreptokokus, Peptokokus, Bakteroides dan Clostridium). Kuman aerob adalah bermacam gram positif dan E.coli. Selain itu, infeksi nifas dapat pula disebabkan oleh :
1. Streptococus haemolyticus aerobicus, ini merupakan penyebab infeksi yang berat, khususnya golongan A. Infeksi ini biasanya eksogen (dari penderita lain, alat atau kain yang tidak steril, infeksi tenggorokan orang lain).
2. Staphylococus aureus, kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadang – kadang menjadi sebab infeksi umum. Banyak ditemukan di rumah sakit.
3. Escherichia coli, Kuman ini umumnya berasal dari kandung kencing atau rektum dan dapat menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva, dan endometrium. Kuman ini merupakan sebab dari infeksi traktus urinarius.
4. Clostridium welchii, infeksi kuman yang bersifat anerobik jarang ditemukan tetapi sangat berbahaya. Infeksi lebih sering terjadi pada abortus kriminalis.

C. Sumber Terjadinya Infeksi Masa Nifas
1. Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina dalam uterus. Kemungkinan lain ialah bahwa sarung tangan atau alt – alt yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman – kuman.

2. Droplet infection.
Sarung tangan atau alat – alat terkena kontaminasi bakteri yang berasal dari hidung atau tenggorokan penolong.
3. Dalam rumah sakit selalu banyak kuman-kuman pathogen, berasal dari penderita-penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa dibawa aliran udara kemana-mana.
4. Coitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting, kecuali apabila mengakibatkan pecahnya ketuban.
5. Infeksi intrapartum sudah dapat memperlihatkan gejala-gejala pada waktu berlangsungnya persalinan. Infeksi intrapartum biasanya terjadi pada partus lama, apalagi jika ketuban sudah lama pecah dan beberapa kali dilakukan pemeriksaan dalam. Gejala-gejala ialah kenaikan suhu, biasanya disertai dengan leukositosis dan takikardia; denyut jantung janin dapat meningkat pula. Air ketuban biasa menjadi keruh dan bau.

D. Golongan Infeksi Nifas
Dapat dibagi dalam 2 golongan : yaitu (1) infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan endometrium ; dan (2) penyebaran dari tempat-tempat tersebut melalui vena-vena, melalui jalan limfe, dan melalui permukaan endometrium.
1. Infeksi pada perineum, vulva, vagina, seviks, dan endometrium
- Vulvitis
Pada infeksi bekas sayatan episiotomi atau luka perineum jaringan sekitarnya membengkak, tepi luka menjadi merah dan bengkak ; jahitan ini mudah terlepas dan luka yang terbuka menjadi ulkus dan mangaluarkan pus.
- Vaginitis
Infeksi vagina dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau melalui perineum. Permukaan mukosa membengkak dan kemerahan, terjadi ulkus, dan getah mengandung nanah yang keluar dari daerah ulkus. Penyebaran dapat terjadi, tetapi pada umumnya infeksi tinggal terbatas.
- Servisitis
Infeksi sering juga terjadi, akan tetapi biasanya tidak menimbulkan banyak gejala. Luka serviks yang dalam dan meluas dan langsung kedasar ligamentum latum dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke parametrium.
- Endometritis
Jenis infeksi yang paling sering ialah endometritis. Kuman-kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas Insersio plasenta, dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium

2. Penyebaran melalui pembuluh-pembuluh darah.
a. Septikemia dan piemia
Ini merupakan infeksi umum yang disebabkan oleh kuman-kuman yang sangat pathogen biasanya Streptococcus haemolyticus golongan A. Infeksi ini sangat berbahaya dan merupakan 50% dari semua kematian karena infeksi nifas.
Pada septicemia kuman-kuman dari sarangnya di uterus, langsung masuk keperedaran darah umum dan menyebabkan infeksi umum. Adanya septicemia dapat dibuktikan dengan jalan pembiakan kuman-kuman dari darah. Pada piemia terdapat dahulu tromboflebitis pada vena-vena diuterus serta sinus-sinus pada bekas tempat plasenta. Tromboflebitis ini menjalar ke vena uterine, vena hipogastrika, dan/atau vena ovarii (tromboflebitis pelvika). Dari tempat-tempat thrombus itu embolus kecil yang mengandung kuman-kuman dilepaskan. Tiap kali dilepaskan, embolus masuk keperedaran darah umum dan dibawa oleh aliran darah ketempat-tempat lain, antaranya ke paru-paru, ginjal, otak, jantung, dan sebagainya, dan mengakibatkan terjadinya abses-abses ditempat-tempat tersebut. Keadaan ini dinamakan piemia.
Penyebaran melalui jalan limfe dan jalan lain
- Peritonitis
Infeksi nifas dapat menyebar melalui pembuluh limfe didalam uterus langsung mencapai peritoneum dan menyebabkan peritonitis, atau melalui jaringan diantara kedua lembar ligamentum latum yang menyebabkan parametritis ( sellulitis pelvika).

- Parametritis (sellulitis pelvika)
Peritonitis dapat pula terjadi melalui salpingo-ooforitis atau sellulitis pelvika. Infeksi jaringan ikat pelvis dapat terjadi melalui tiga jalan yakni :
• Penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi atau dari endometritis.
• Penyebaran langsung dari luka pada serviks yang meluas sampai kedasar ligamentum.
• Penyebaran sekunder dari tromboflebitis pelvika.
Penyebaran melalui permukaan endometrium, Salpingitis, ooforitis. Kadang-kadang walaupun jarang, infeksi yang menjalar ketuba Fallopii, malahan ke ovarium.
2.4 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian infeksi nifas.
A. Penolong persalinan
Penolong persalinan yaitu bidan memiliki peranan penting dalam meningkatkan derajat kesehatan ibu dalam masa pascapersalinan atau masa nifas.
B. Pengetahuan ibu
Latar belakang pengetahuan ibu sangat mempengaruhi kebiasaan dan perilaku ibu, termasuk perilaku ibu semasa hamil, bersalin dan nifas.
C. Jenis persalinan
Jenis persalinan yang dialami ibu juga memiliki pengaruh yang besar terhadap kejadian infeksi masa nifas.

BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL, DEFINISI OPERASIONAL
DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2002).
Beberapa faktor yang mempengaruhi Kejadian infeksi masa nifas adalah tenaga kesehatan, pengetahuan ibu dan Proses persalinan (Briawan, 2005). Kerangka konsep penelitian tersebut dapat dilihat di bawah ini :

Skema kerangka konsep penelitian :
Variabel Independen Variabel Dependen










3.2 Definisi Operasional
A. Variabel Dependen
Infeksi nifas
Pengertian : Ibu yang mengalami infeksi nifas yang ditandai dengan suhu
tubuh >380c
Cara Ukur : Pemeriksaan suhu badan
Alat Ukur : Termometer
Hasil Ukur : Ya, Infeksi nifas
Tidak, Tidak infeksi
(Prawirohardjo, 2005)
Skala ukur : Ordinal

B. Variabel Independen
Penolong persalinan
Pengertian : Bidan yang menolong persalinan sesuai dengan SOP
Cara Ukur : Observasi
Alat Ukur : Angket observasi dan chek list
Hasil Ukur : Baik, apabila melakukan sesuai dengan prosedur.
Tidak, apabila melakukan tidak sesuai dengan prosedur.
Skala Ukur : Ordinal

Pengetahuan ibu
Pengertian : Pengetahuan ibu mengenai kehamilan, persalinan dan nifas.
Cara Ukur : Wawancara
Alat Ukur : Kuesioner
Hasil Ukur : Tahu
Tidak tahu
Skala ukur : Ordinal

Jenis persalinan
Pengertian : Tindakan yang dilakukan selama menjalani persalinan yaitu kala I sampai dengan kala IV.
Cara Ukur : Wawancara
Alat Ukur : Kuesioner
Hasil Ukur : Normal
Tidak Normal
Skala Ukur : Ordinal

3.3 Hipotesis
1. Ada hubungan antara Penolong Persalinan dengan kejadian infeksi masa nifas di RSUD Palembang BARI tahun 2009.
2. Ada hubungan antara Pengetahuan ibu dengan kejadian infeksi masa nifas di RSUD Palembang BARI tahun 2009.
3. Ada hubungan antara Proses persalinan dengan kejadian infeksi masa nifas di
RSUD Palembang BARI tahun 2009.



BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Survey Analitik dengan pendekatan “Cross Sectional” yaitu suatu penelitian yang berusaha mengukur atau mengumpulkan variabel sebab atau resiko (Independen) dan variabel akibat atau kasus (Dependen) secara simultan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2002).
Di mana pada pengumpulan data, variabel independen adalah tenaga kesehatan, pengetahuan ibu dan proses persalinan, dengan variabel dependen yaitu Kejadian Infeksi Masa Nifas.

B. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian adalah setiap subjek (misalnya manusia; klien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008:89).
Dalam penelitian ini, populasinya adalah ibu-ibu yang melakukan kunjungan nifas di RSUD Palembang BARI. Populasi pada penelitian ini berjumlah 60 responden.

C. Sampel Penelitian
Sampel penelitian merupakan bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui Sampling (proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi yang ada) (Nursalam, 2008:91).
Pengambilan sampel dilakukan secara Non-random dengan teknik “Accidental Sampling” yaitu pengambilan sampel atau responden dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia (Notoatmodjo, 2002), dalam penelitian ini sampelnya adalah ibu-ibu yang melakukan kunjungan nifas di RSUD Palembang BARI untuk melakukan pemeriksaan masa nifas. Populasi pada penelitian ini berjumlah 60 responden.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Poli Kebidanan RSUD Palembang BARI.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 01- 12 Desember 2009.

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
a) Data Primer
Data identitas responden diperoleh dari wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan berupa kuesioner, diambil untuk variabel independen dan dependen.


b) Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari RSUD Palembang BARI, dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2008 dan dari Dinas Kesehatan Kota Palembang tahun 2008.

2. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner sebagai pedoman, dengan teknik wawancara yang diisi oleh peneliti sendiri.

F. Teknik Pengolahan Data
Menurut Hastono (2001:1-2), teknik-teknik pengolahan data adalah sebagai berikut :
1. Editing (Pengolahan Data)
Merupakan kegiatan untuk melakukan pemeriksaan isian kuesioner, apakah jawaban responden sudah lengkap, jelas, relevan dan konsisten.
2. Coding (Pengkodean Data)
Kegiatan mengubah data yang berbentuk huruf menjadi data yang berbentuk angka/bilangan. Kegunaannya adalah untuk mempermudah pada saat analisa data dan juga mempercepat pada saat memasukkan data.
3. Processing (Pemprosesan Data)
Data-data yang sudah di coding dan di editing, selanjutnya adalah memproses data agar dapat dianalisis.Pemprosesan data dengan dimasukkan ke tabulasi.

4. Cleanning (Pembersihan Data)
Merupakan pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan, apakah ada kesalahan atau tidak.

G. Teknik Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis Univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian, pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari variabel (Notoatmodjo, 2005). Pada penelitian ini, analisis univariat dilakukan pada variabel penolong persalinan, pengetahuan ibu dan jenis persalinan dengan kejadian infeksi pada masa nifas, yang dianalisis dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.
2. Analisis Bivariat
Analisis Bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2005). Pada penelitian ini, analisis bivariat dilakukan antara variabel independen yaitu penolong persalinan, pengetahuan ibu dan jenis persalinan dengan variabel dependen yaitu kejadian infeksi masa nifas.
Analisis bivariat ini dilakukan secara komputerisasi dengan menggunakan uji statistik Chi Square, dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Jika p.value ≤ 0,05, berarti ada hubungan bermakna dan bila p.value > 0,05 berarti tidak ada hubungan bermakna antara variabel dependen dan independen (Budiarto, 2002).

mUtu pelayanan kebiDanan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit tekanan darah tinggi selama kehamilan merupakan penyebb utama kematian ibu di indonesia, tekanan darah tinggi di sertai proteinuria merupakan diagnosis pre-eklamsia pada kehamilan.
Menurut WHO tahun 2008 menyatakan bahwa masih tingginya morbiditas dan mortalitas pada ibu hamil dan bersalin merupakan masalah besar di negara berkembang. Di negara miskin sekitar 25-50% kematian usia subur disebabkan oleh hal yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan. Berdasarkan data penelitian world bank atau bank dunia tahun 2008, angka kematian ibu saat melahirkan adalah 420 dari 100.000 ibu yang melahirkan.
Menurut Depkes RI (2007) kondisi derajat kesehatan di Indonesia masih memprihatinkan antara lain ditandai dengan masih tingginya AKI yaitu 228/100.000 kelahiran hidup dan kematian bayi baru lahir 34/1.000 kelahiran hidup (SDKI 2007-2008).
Di Sumatera selatan, Angka kematian Ibu (AKI) adalah 235/100.000 kelahiran hidup, hingga tahun 2009 diharapkan angka kematian ibu mencapai 226/100.000 kelahiran hidup. (Dinkes, Sumsel 2007) Di indonesia pre-eklamsia di samping perdarahan dan infeksi masih merupakan sebab utama kematian ibu dan kematian perinatal yang tinggi dengan 25 % penyebab obstetri langsung.
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2005, penyebab kematian ibu secara langsung diantaranya perdarahan 30%, eklamsi 25%, Infeksi 12%, Abortus 5%, Emboli Obstetri 3%, Komplikasi masa nifas 16%, Penyebab lain 12%, Sedangkan penyebab tidak langsung lainnya seperti terlambat mengenali tanda bahaya karena tidak mengetahui tanda kehamilan dalam resiko tinggi, terlambat mencapai fasilitas untuk persalinan dan terlambat untuk mendapatkan pelayanan.
Berdasarkan data yang ada di Rumah Sakit Bunda Prabumullih tahun 2008, penyebab kematian ibu disebabkan antaranya yaitu eklampsia 11% dari 257 ibu hamil di Rumah Sakit Bunda prabumullih.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pre-eklamsia adalah Penampilan Tenaga Kesehatan, Sarana dan prasarana kesehatan, Kepatuhan tenaga kesehatan terhadap SOP dan adat istiadat yang ada masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk membahas salah satu penyebab utama kematian ibu di indonesia yaitu pre-eklamsia.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab yang berhubungan dengan terjadinya pre-eklamsia
1.2.2 Tujuan Khusus
Untuk mengetahui hubungan terjadinya pre-eklampsia dengan penampilan tenaga kesehatan, sarana dan prasarana kesehatan, adat istiadat dan kepatuhan tenaga kesehatan terhadap SOP .


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Pre-eklamsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, oedema, dan protenuria yang timbul karena kehamilan. Pada kehamilan dimana tekanan darah di atas 140/90 mmHg dengan proteinuria melebihi 300mg dalam 24jam dan tekanan diastolik yang lebih besar dari 90mmHg pada dua kali pengukuran terpisah setela kehamilan 20 minggu dan proteinuria yang signifikan tanpa adanya hipertensi pra kehamilan.

2.2 Klasifikasi
a. Pre-eklampsia Ringan
1) TD > 140/90 mmHg setelah usia kehamilan 20 minggu.
2) Proteinuria > 1+ pada pengukuran dipstick urin atau kadar protein total >300 mg/24 jam.
b. Pre-eklampsia berat
1) TD sistolik >160 mmHgatau diastolik 110 mmHg.
2) Protenuria > 2+ pada pengukuran dipstick urin atau kadar protein total 2 mg/24 jam.
3) Kadar kreatinin darah melebihi 1,2 mg/dl kecuali telah di ketahui meningkat sebelumnya.
4) Sakit kepala yang terus bertahan atau gangguan serebral atau visual lain.
5) Nyeri epigastrik yang terus menerus.
6) Enzim hati yang meningkat ( SGOT, SGPT, LDH ).
7) Hitung trombosit < 100.000/mm3 .

2.3 Faktor-faktor predisposisi
a. Primigravida dengan usia dibawah 20 tahun dan semua ibu yang di atas 35 tahun dianggap lebih rentan. Primigravida memilki insidensi hipertensi hampir dua kali lipat.
b. Predisposi genetik , bukti adanya pewaris secara genetik paling mungkin di sebabkan oleh turunan resesif.
c. Komplikasi obstetrik , kahamilan kembar, kahamilan mola atau hydrops fetalis.

2.4 Komplikasi Yang Mungkin terjadi
a. Eklampsia.
b. Edema serebri.
c. Perdarahan serebri.
d. Perdarahan retina, ketuban.
e. Gagal ginjal.
f. Gagal jantung.
g. Gawat janin, prematuritas, kematian intrauteri.

2.5 Penatalaksanaan
a. Pada pre-eklampsia ringan atau sedang tidak perlu terapi farmakologis, lakukan tirah-baring disertai pemantauan yang cermat di rumah atau dirumah sakit. Tirah-baring akan memperbaiki perfusi darah plasenta,ginjal jantung, otak serta hati dan menghilangkan keadaan iskemia.
b. Pengedalian tekanan darah ibu.
c. Lakukan pemantauan ketat terhadap proteinuria sebelum, selama dan sesudah terapi secara farmakologis.
d. Hindari penggunaan obat-obat golongan sedatif.
e. Hindari penggunaan diuretika.
f. Lakukan pengendalian konvulusi dengan preparat yang aman seperti magnesium sulfat.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Plann/Perencanaan
3.1.1 Identifikasi
Ditemukan 11% kematian ibu di Rumah Sakit Bunda Prabumullih di sebabkan oleh eklampsia.

Dalam perencanaan terdapat :
1. Judul Rencana : Upaya menurunkan angka kejadian pre-eklampsia pada ibu hamil.
2. Rumusan pernyataan & uraian masalah:
Ditemukan 11% kematian ibu di Rumah Sakit Bunda Prabumullih di sebabkan oleh eklampsia pada tahun 2008.
3. Rumusan Tujuan : Menurunkan angka kejadian eklampsia pada ibu hamil dari 11 % pada tahun 2008 menjadi 5% pada tahun 2012.
4. Waktu, pelaksanaan dan pembiayaan :
Kegiatan ini dilakukan :
a. Pada tanggal 12 November 2009 pukul 10.00 WIB.
b. Pelaksanaannya di Rumah Sakit Bunda Prabumullih.
c. Pembiayaannya didapat dari Jamkesmas dan Askes.

3.1.2 Analisis
Setelah dianalisis ternyata penyebab pre-eklamsia yaitu :
1. Tenaga kesehatan yang kurang terampil dalam penatalaksanaan standar pelayanan antenatal care.
2. Kuantitas Tenaga kesehatanya yang masih kurang.
3. Sarana dan Prasarana yang kurang memadai.
4. Tidak terlalu penting ANC dalam Asumsi masyarakat.

Penyebab masalah pre-eklampsia dalam bentuk metodhe fish bone :








3.1.3 Diagnosa
Dari analisis yang diperoleh ada hubungan terjadinya pre-eklamsia dengan penampilan tenaga kesehatan, sarana dan prasarana kesehatan, adat istiadat dan kepatuhan tenaga kesehatan terhadap SOP .

Setelah dianalisis dapat dirumuskan program yang akan dilakukan, yaitu :
1. Tenaga kesehatan terampil dalam mendeteksi kelainan pada kehamilan khususnya pada kasus pre-eklampsia.
2. Tersedianya tenaga medis yang terampil.
3. Terlengkapinya sarana dan prasarana.
4. Melakukan palayanan antenatal yang sesuai dengan SOP.
5. Merubah cara pandang masyarakat.
6. Akses pelayanan secara ekonomis dan geografis.

3.2 Do/Pelaksanaan
a. Melakukan pelatihan tenaga kesehatan dalam mendeteksi kelainan pada kehamilan khususnya pada kasus pre-eklampsia.
b. Meminta Rujukan tenaga medis ke Departemen Kesehatan.
c. Melengkapi Sarana dan Prasarana dengan mengajukan Proposal pada pemerintah yang berwenang.
d. Kepatuhan tenaga kesehatan dalam SOP.
e. Penyuluhan tentang pentingnya ANC untuk mendeteksi secara dini kelainan dalam kehamilan.
f. Akses pelayanan yang terjangkau dan keluarga/masyarakat berpenghasilan cukup.

3.3 Cek/Evaluasi
Pemeriksaan dilakukan selama 3 bulan, dimulai tanggal 19 November 2009 sampai tanggal 20 Februari 2009. Dari hasil pemeriksaan tidak terdapatnya penyimpangan yang ada pada program yang telah direncanakan sehingga tidak dilakukan perbaikan/tindakan lanjut.

3.4 Action/Tindak lanjut
Tidak perlu dilakukan tindak lanjut karena program berjalan sesuai dengan rencana yang telah disusun.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Program menjaga mutu dengan aplikasi PDCA dilakukan untuk dapat melaksanakan dan menyelesaikan suatu masalah supaya dapat meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan secara tepat dan efisien sehingga dapat menetapkan penyebab masalah agar dapat di tindak lanjut. Program ini dilakukan untuk menjaga mutu pelayanan kesehatan dalam melindungi penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan kemungkinan timbulnya gugatan hukum karena pelayanan kesehatan telah terjamin mutunya.
Dari data kasus yang didapat di Rumah Sakit Bunda prabumullih yaitu masalah kematian ibu disebabkan oleh eklampsia 11%, dilakukan penatalaksanaan menggunakan program aplikasi PDCA, pelaksanaannya yaitu Melakukan pelatihan tenaga kesehatan dalam mendeteksi kelainan pada kehamilan khususnya pada kasus pre-eklampsia, meminta Rujukan tenaga medis ke Departemen Kesehatan, melengkapi Sarana dan Prasarana dengan mengajukan Proposal pada pemerintah yang berwenang, kepatuhan tenaga kesehatan dalam SOP, penyuluhan tentang pentingnya ANC untuk mendeteksi secara dini kelainan dalam kehamilan dan akses pelayanan yang terjangkau dan keluarga/masyarakat berpenghasilan cukup.

Presentasi Bokong diPuskesmas Talang Ratu Palembang

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kematian maternal didefinisikan sebagai kematian wanita pada masa kehamilan sampai dengan 42 hari sesudah kelahiran, tidak tergantung dari lama dan lokasi kehamilan dan disebabkan oleh apapun yang berhubungan dengan kehamilan atau penanganannya, tetapi tidak secara kebetulan atau oleh penyebab tambahan lainnya.
Menurut WHO tahun 2008 menyatakan bahwa masih tingginya morbiditas dan mortalitas pada ibu hamil dan bersalin merupakan masalah besar di negara berkembang. Di negara miskin sekitar 25-50% kematian usia subur disebabkan oleh hal yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan. Berdasarkan data penelitian world bank atau bank dunia tahun 2008, angka kematian ibu saat melahirkan adalah 420 dari 100.000 ibu yang melahirkan.
Menurut Depkes RI (2007) kondisi derajat kesehatan di Indonesia masih memprihatinkan antara lain ditandai dengan masih tingginya AKI yaitu 228/100.000 kelahiran hidup dan kematian bayi baru lahir 34/1.000 kelahiran hidup (SDKI 2007-2008).
Di Indonesia angka kematian ibu (AKI) adalah 235/100.000 kelahiran hidup, hingga tahun 2009 diharapkan angka kematian ibu mencapai 226/100.000 kelahiran hidup. (Dinkes, Sumsel 2007)
Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2005, penyebab kematian ibu secara langsung diantaranya perdarahan 30%, eklamsi 25%, Infeksi 12%, Abortus 5%, Emboli Obstetri 3%, Komplikasi masa nifas 16%, Penyebab lain 12%, Sedangkan penyebab tidak langsung lainnya seperti terlambat mengenali tanda bahaya karena tidak mengetahui tanda kehamilan dalam resiko tinggi, terlambat mencapai fasilitas untuk persalinan dan terlambat untuk mendapatkan pelayanan.
Angka kematian ibu di Sumatera Selatan pada tahun 2001 mencapai 62,1% kelahiran hidup, dan pada tahun 2002 menjadi 54,4% kelahiran hidup, baik faktor resiko maupun resiko tinggi dalam kehamilan hendaknya memilki pemantauan yang ketat dan merupakan prioritas dalam pelayanan antenatal care (ANC).
Ibu hamil dengan presentasi bokong di Puskesmas Talang Ratu Palembang tahun 2007 adalah 2 orang, tahun 2008 adalah 2 orang dan tahun 2009 (sampai dengan bulan Agustus ) adalah 3 orang. Ibu hamil dengan faktor resiko usia kurang dari 20 tahun di Puskesmas Talang Ratu Palembang tahun 2007 adalah 47 orang ( %), tahun 2008 adalah ( %) dan tahun 2009 (sampai dengan bulan agustus) adalah ( %).
Berdasarkan uraian di atas maka, penulis tertarik untuk membahas kasus Ny”S” dengan judul laporan yang penulis buat yaitu Asuhan Kebidanan Pada Ny ”S” Dengan Kehamilan G1P0A0 Hamil 25 Minggu Dengan Presentasi Bokong Dan Faktor Resiko Yaitu Usia Ibu <20 Tahun Di Ruang KIA Puskesmas Talang Ratu Palembang Tahun 2009-2010.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan data yang kami ambil di Puskesmas Talang Ratu Palembang, terlihat adanya kejadian peningkatan kasus kehamilan dengan presentasi bokong anatara tahun 2007, 2008 dan 2009. Tahun 2007 adalah 2 orang ( %), tahun 2008 adalah 2 orang ( %) dan tahun 2009 (sampai dengan bulan Agustus) adalah 3 orang ( %). Begitupun untuk kasus kehamilan dengan faktor resiko usia kurang dari 20 tahun di Puskesmas Talang Ratu Palembang, tahun 2007 adalah . Oleh karena itulah kami tertarik untuk mengangkat kasus kehamilan dengan presentasi bokong dan faktor resiko usia kurang dari 20 tahun sebagai tugas dalam mengikuti praktik klinik kebidanan di Puskesmas Talang Ratu Palembang.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny ”S” sesuai dengan standar pelayanan kebidanan di Pendidikan dan di ruang KIA Puskesmas Talang Ratu Palembang serta mampu untuk mendeteksi dini adanya kemungkinan Faktor resiko maupun Resiko tinggi yang menyertai kehamilan.

1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat melaksanakan pengkajian data subjektif dalam melaksanakan asuhan kebidanan .kehamilan dengan presentasi bokong faktor resiko.
b. Mahasiswa dapat melaksanakan pengkajian data objektif dalam melaksanakan asuhan kebidanan .kehamilan dengan presentasi bokong dan faktor resiko.
c. Mahasiswa dapat mengidentifikasi masalah, menegakkan diagnosa dan menetukan kebutuhan dari kehamilan dengan presentasi bokong dan faktor resiko.
d. Mahasiswa dapat mengantisipasi masalah atau diagnosa potensial yang mungkin dapat terjadi dalam melaksanakan Asuhan Kebidanan pada kehamilan dengan presentasi bokong dan faktor resiko.
e. Mahasiswa dapat merencanakan dan melaksanakan tindakan asuhan yang akan diberikan pada kehamilan dengan presentasi bokong dan faktor resiko.
f. Mahasiswa dapat mengevaluasi perencanaan dan pelaksanaan tindakan yanng telah dilakukan dalam asuhan kebidanan pada kehamilan dengan presentasi bokong dan faktor resiko.

1.3.3 Waktu dan Tempat
Pengkajian data dan asuhan kebidanan yang dilakukan terhadap ibu hamil Ny ”S” dilaksanakan pada tanggal 18-25 Agustus 2009. Tempat dilaksanakannya yaitu di ruang KIA Puskesmas Talang Ratu Palembang tahun 2009.


1.3.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini :
a. Membantu mahasiswa dalam mempelajari proses Asuhan Kebidanan Pada Ny ”S”.
b. Berguna dan membantu dalam proses pembelajaran di akademik
c. Menambah bahan literatur bagi mahasiswa Akademi Kebidanan


BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Kehamilan
Masa kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu/9 bulan 10 hari) dihitung dari Hari pertama haid terakhir. (Obstetri fisiologi, 1998)
Periode Ante Partum adalah periode kehamilan yang dihitung sejak hari pertama haid terakhir (HPHT) hingga dimulainya persalinan yang menandai akhir periode ante partum (Varney, 2006).
Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester yaitu trimester I dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan (0-12 minggu), trimester II dari bulan ke-4 sampai bulan ke-6 (13-28 minggu) dan trimester III dari bulan ke-7 sampai bulan ke-9 (29-42 minggu). (Saifuddin, 2006).

2.2 Letak Sungsang
2.2.1 Definisi dan macam letak sungsang
a. Letak sungsang dimana janin yang memanjang (membujur) dalam rahim kepala di fundus(Mochtar, 1998 : 350)
b. Letak sungsang pada persalinan justru kepala yang merupakan bagian terbesar bayi akan lahir terakhir (Manuaba, 1998 : 360)
c. Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian yang terendah (presentasi bokong). Kejadiannya ± 3 %, pada kehamilan setelah 37 minggu, didapatkan 5-7% letak sungsang, pada kehamian trimester ke -2 (21-24 minggu) 33%, pada awal trimester ke-3 (29-32 minggu) 14%, letak sungsang dibagi sebagai berikut:
1) Letak bokong murni: presentasi bokong murni, dalam bahasa Inggris “frank breech”. Bokong saja yang menjadi bagian depan sedangkan kedua tungkai lurus ke atas.
2) Letak bokong kaki (presentasi bokong kaki)/“complete breech”. Disebut letak bokong kaki sempurna atau tidak sempurna jika disamping bokong teraba kedua kaki atau satu kaki saja.
3) Letak lutut (presentasi lutut)
4) Letak kaki (presentasi kaki) : Tergantung pada terabanya kedua kaki atau lutut atau hanya teraba satu kaki atau lutut disebut letak kaki atau lutut sempurna dan letak kaki atau lutut tidak sempurna. Dari letak-letak ini letak bokong murni paling sering dijumpai. Punggung biasanya terdapat di kiri depan. Frekuensi letak sungsang lebih tinggi pada kehamilan muda dibandingkan dengan kehamilan aterm dan lebih banyak pada multigravida daripada primigravida (Sulaeman, 1984).
d. Letak sungsang merupakan keadaan dimana bokong janin atau kaki berada di bagian bawah kavum uteri (rongga rahim) (haryoga, 2008).

2.2.2 Diagnosa
a. Pemeriksaan Abdomen
Palpasi, Dengan perasat Leopold didapatkan;
1. Leopold I : Kepala janin yang keras dan bulat dengan balotemen menempati bagian fundus uteri
2. Leopold II : Teraba punggung berada satu sisi dengan abdomen dan bagian-bagian kecil berada pada sisi yang lain.
3. Leopold III : Bokong janin teraba di atas pintu atas panggul selama engagement belum terjadi.

Auskultasi
1. Denyut jantung janin biasanya terdengar paling keras pada daerah sedikit diatas umbilikus, sedangkan bila ada engagement kepala janin, denyut jantung janin terdengar dibawah umbilikus.
2. Pemeriksaan dalam untuk mengetahui bokong dengan pasti, kita harus meraba os sacrum, tuber ossis ischii, anus.
3. Pemeriksaan Penunjang apabila masih ada keraguan harus dipertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografik atau M.R.I. (Magnetic Resonance Imaging).

2.2.3 Etiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan di dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relative lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang. Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relative berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai yang terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala.

Faktor-faktor lain yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang adalah :
a. Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong, air ketuban masih banyak dan kepala anak relatif besar.
b. Hydramnion karena anak mudah bergerak
c. Placenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas panggul.
d. Bentuk rahim yang abnormal
e. Panggul sempit
f. Kelainan bentuk kepala : hydrocephalus, anenchephalus, karena kepala kurang sesuai dengan bentuk pintu atas panggul (Sulaeman, 1998).

Etiologi maternal yaitu kelainan uterus (septum, uterus unikornis), tumor ginekologi (mioma uteri, tumor adneksa) sedangkan etiologi fetal yaitu kelainan cairan ketuban (poly atau oligohidramnion), kelainan fetus (Anenchefalus, hydrochefalus, kelainan neuromuscular seperti distrofia miotonik).

2.2.4 Prognosa
a. Bagi Ibu
1. Rupture perinea atau robekan pada perinea
2. Ketuban lebih cepat pecah
3. Partus lebih lama
4. Mudah terkena infeksi.
5. Sebab kematian perinatal terpenting adalah prematuritas dan penangan persalinan yang kurang sempurna.
b. Bagi Anak
1. Gangguan peredaran darah plasenta
2. Tali pusat terjepit antara kepala dan panggul
3. Asfiksia
4. Kematian anak dengan letak sungsang tiap 3 kali lebih besar dari pada kematian anak letak kepala.
5. Kelahiran kepala janin yang lebih dari 8 menit setelah umbilicus dilahirkan, akan membahayakan kehidupan janin.
6. Bahaya asfiksia janin juga terjadi akibat tali pusat yang menumbung
7. Luka pada kepala dan perdarahan dalam tengkorak akibat kompresi dan dekompresi kepala terjadi dengan cepat.

Sebab-sebab kematian anak pada letak sungsang ialah :
a. Setelah pusat lahir, maka kepala anak mulai masuk ke dalam rongga panggul, sehingga tali pusat tertekan antara kepala dan rongga panggul. Diduga bahwa kepala harus lahir dalam 8 menit, setelah pusat lahir supaya anak dapat lahir dengan selamat.
b. Pada letak sungsang dapat terjadi perdarahan otak karena kepala dilahirkan dengan cepat.
c. Dapat terjadi kerusakan dari tulang belakang karena tarikan dari badan anak.
d. Pada letak sungsang labih sering terjadi prolapsus foeniculi, karena bagian depan kurang baik menutup bagian bawah rahim. Selain dari itu karena pertolongan mungkin terjadi fraktur humerus atau klavikula, paralyse lengan karena tekanan atau tarikan pada plexsus brachialis.

2.2.5 Penanganan
a. Pemeriksaan Khusus USG sebagai diagnosa pasti
b. Perencanaan pertolongan persalinan di Rumah Sakit

2.3 Kehamilan dengan Faktor Resiko
Yang tergolong dalam faktor resiko dalam kehamilan , yaitu :
1. Usia ibu kurang dari 20 tahun
2. Usia ibu lebih dari 35 tahun
3. Tinggi badan kurang dari 150 cm
4. Paritas lebih dari 5
5. Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun
6. Lila kurang dari 23,5cm.
(Khohort ibu hamil)

Kehamilan usia dini memuat risiko yang tidak kalah berat. Pasalnya, emosional ibu belum stabil dan ibu mudah tegang. Sementara kecacatan kelahiran bisa muncul akibat ketegangan saat dalam kandungan, adanya rasa penolakan secara emosional ketika si ibu mengandung bayinya. (Ubaydillah, 2000). Adapun akibat resiko tinggi kehamilan usia dibawah 20 tahun antara lain:
a. Resiko bagi ibunya :
1. Mengalami perdarahan.
Perdarahan pada saat melahirkan antara lain disebabkan karena otot rahim yang terlalu lemah dalam proses involusi. selain itu juga disebabkan selaput ketuban stosel (bekuan darah yang tertinggal didalam rahim).kemudian proses pembekuan darah yang lambat dan juga dipengaruhi oleh adanya sobekan pada jalan lahir.


2. Kemungkinan keguguran / abortus.
Pada saat hamil seorang ibu sangat memungkinkan terjadi keguguran. hal ini disebabkan oleh faktor-faktor alamiah dan juga abortus yang disengaja, baik dengan obat-obatan maupun memakai alat.
3. Persalinan yang lama dan sulit.
Adalah persalinan yang disertai komplikasi ibu maupun janin.penyebab dari persalinan lama sendiri dipengaruhi oleh kelainan letak janin, kelainan panggul, kelaina kekuatan his dan mengejan serta pimpinan persalinan yang salah.
4. Kematian ibu. (Kematian pada saat melahirkan yang disebabkan oleh perdarahan dan infeksi).


b. Dari bayinya :
1. Kemungkinan lahir belum cukup usia kehamilan.
Adalah kelahiran prematur yang kurang dari 37 minggu (259 hari). hal ini terjadi karena pada saat pertumbuhan janin zat yang diperlukan berkurang.
2. Berat badan lahir rendah (BBLR).
Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan yang kurang dari 2.500 gram. kebanyakan hal ini dipengaruhi kurangnya gizi saat hamil, umur ibu saat hamil kurang dari 20 tahun. dapat juga dipengaruhi penyakit menahun yang diderita oleh ibu hamil.
3. Cacat bawaan
Merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat pertumbuhan.hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kelainan genetik dan kromosom, infeksi, virus rubela serta faktor gizi dan kelainan hormon.



4. Kematian bayi.
Kematian bayi yang masih berumur 7 hari pertama hidupnya atau kematian perinatal.yang disebabkan berat badan kurang dari 2.500 gram, kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari), kelahiran kongenital serta lahir dengan asfiksia.(Manuaba,1998).


BAB III
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS TALANG RATU PALEMBANG

3.1 Visi, Misi, Motto dan Indikator Palembang Indonesia Sehat 2009
3.1.1 Visi
Tercapainya kelurahan 20 Ilir D IV sehat yang optimal tahun 2009 dengan bertumpu pada pelayanan prima dan pemberdayaan masyarakat.

3.1.2 Misi
a. Meningkatkan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat
b. Meningkatkan professional provider
c. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang optimal
d. Menurunkan resiko kesakitan dan kematian

3.1.3 Motto
a. Ramahlah , Satu langkah, satu senyuman
b. Kreatiflah, ada ide langsung action
c. Disiplin mulai dari diri kita masing-masing
d. Bersih cerminan dari iman
e. Jangan tunda pekerjaan, kerjakan segera
f. Pelayanan prima merupakan bagian dari kita semua

3.1.4 Indikator Palembang Indonesia Sehat 2009
a. Seluruh masyarakat sudah berperilaku hidup bersih dan sehat
b. Lingkungan tidak tercemar penyakit
c. Sarana dan prasarana kesehatan bermutu prima
d. Cakupan program tercapai optimal.

3.2 Gambaran Umum Puskesmas Talang Ratu Palembang
3.2.1 Sejarah Berdirinya Puskesmas Talang Ratu
a. Sebelum menjadi puskesmas, dahulunya Puskesmas Talang Ratu merupakan Balai Pengobatan dan didirikan pada tahun 1965. Pada awal berdirinya balai pengobatan dipimpin oleh Bapak Amin sampai tahun 1966. Kemudian pada tahun 1966 sampai 1970 balai pengobatan tersebut dipimpin Bapak Tiyo. Pada tahun 1970, balai pengobatan menjadi Puskesmas Pembantu tipe C yang induknya Puskesmas Dempo. Puskesmas ini dipimpin oleh Dr. Ahmad Tiar pada tahun 1970-1975. Kemudian pada tahun 1975, puskesmas pembantu tipe C diganti menjadi Puskesmas Induk yang diresmikan pada tahun 1984 tetapi tidak membawahi puskesmas lainnya.

3.2.2 Wilayah Puskesmas Talang Ratu
Berdasarkan SK Walikota Palembang pada tahun 2001 Wilayah kerja Puskesmas Talang Ratu hanya meliputi 1 kelurahan yaitu Kelurahan 20 Ilir D-IV. Batas-batasnya adalah :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Siring Agung
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan Demang Lebar Daun
c. Sebelah Barat Berbatasan dengan Kelurahan Srijaya
d. Sebelah Timur Berbatasan dengan kelurahan 20 Ilir D-III

Puskesmas Talang Ratu merupakan salah satu Puskesmas Induk di kecamatan Ilir Timur I dengan Luas wilayah 95 ha. Letaknya di Jalan Letnan Murod No.986 Rt.15 KM.5 Kelurahan 20 Ilir Daerah IV Palembang

3.2.3 Fasilitas Pelayanan Yang Tersedia
a. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
1) Pelayanan Ibu hamil, Ibu nifas dan Ibu menyusui
2) Pelayanan KB
3) Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
4) Managemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)
b. Balai Pengobatan Umum dan Pelayanan Gawat Darurat
c. Klinik Gilingan Mas (gizi, Imunisasi dan Lingkungan Masyrakat)
d. Balai Pengobatan Gigi
e. Laboratorium Terbatas (BTA, Hb, PT)
f. Apotek
g. Kamar mandi
h. Ruang tunggu

BAB IV
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY ”S” DENGAN KEHAMILAN G1P0A0 HAMIL 25 MINGGU DENGAN PRESENTASI BOKONG DAN FAKTOR RESIKO YAITU USIA IBU <20 TAHUN DI RUANG KIA PUSKESMAS TALANG RATU PALEMBANG TAHUN 2009-2010

Pengkajian ini dilakukan pada tanggal 18 agustus 2009 pukul 10.05 WIB di Ruang KIA oleh Mahasiswa Akademi Kebidanan Tunas Harapan Bangsa Palembang tahun 2009.

No Reg : 00034/09

4.1 DATA SUBJEKTIF
I. Biodata
Nama Ibu : Ny. Suci Okvia
Umur : 19 th
Suku/Bangsa : Betung/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Letnan Murod Lr.jambu
Rt/03 Talang Ratu Plg


Nama Suami : Tn. Yuransyah
Umur : 24 th
Suku/bangsa : Betung/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SI
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Letnan Murod Lr.Jambu Rt.03 Talang Ratu Plg

II. Alasan Datang :
Ibu hamil datang ke Puskesmas mengaku hamil anak pertama dengan usia kehamilan 6 bulan, Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya.


III. Data Kebidanan
A. Haid

Menarche : 12 tahun
Siklus : 28 hari
Lamanya : 7 hari
Banyaknya : 2 x ganti pembalut
Teratur/tidak : Teratur
Sifat darah : Encer
Disminorhoe : Tidak

B. Riwayat Perkawinan

Kawin : ya, 1 kali
Lamanya perkawinan dengan suami Semarang : 6 bulan
Usia Pertama Waktu kawin : 19 Tahun

C. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

No Tahun partus Usia Kehamilan Penolong Penyulit Keadaan laktasi/Nifas Keadaan anak keterangan
JK BB PB
1 Ini - - - - - - - -


D. Riwayat Kehamilan Semarang

GPA : G1P0A0
HPHT : 26 – 02 - 2009
TP : 03 – 12 - 2009
ANC : 8 kali di Puskesmas
Imunisasi : TT I
Keluhan pada kehamilan ini : Tidak ada

E. Riwayat KB

Pernah mendengar tentang KB : Pernah
Pernah menjadi akseptor KB : Tidak pernah
IV. Data Kesehatan
A. Penyakit yang pernah dialami : Tidak ada
Operasi yang pernah dialami : Tidak ada
B. Kesehatan keluarga
Kelainan atau penyakit dalam keluarga : Tidak ada
Keturunan Kembar : Tidak ada

V. Data kebiasaan sehari-hari
A. Nutrisi
Makan : 3 x/hari
Porsi
* Pagi : 1 piring nasi Goreng/roti dan buah
* Siang : 1 piring nasi, lauk, pauk dan sayuran
* Malam : 1 piring nasi, lauk dan sayur
Minum
* pagi : 2 gelas air putih dan 1 gelas susu
* Siang : 4-5gelas air putih
* Malam : 3 gelas air putih dan 1 gelas susu
Keluhan : Tidak ada
Pantangan : Tidak ada

B. Eliminasi
BAK
Frekuensi : 3-4 kali/hari
Warna : Kuning Jernih

BAB
Frekuensi : 1 kali/hari
Konsistensi : Lembek
Warna : Kuning

C. Olahraga : Tidak pernah
D. Istirahat/Tidur
Malam : 7 Jam
Siang : 1 jam

E. Personal Hygiene
Mandi : 3 kali/hari
Sikat Gigi : 3 kali/hari Setiap kali mandi
Ganti celana dalam : Setelah mandi atau jika basah, kotor dan lembab

VI. Data Psikososial
A. Pribadi
Alasan datang kepetugas kesehatan : Ingin memeriksakan kehamilan
Harapan terhadap persalinan : Berjalan normal
Rencana tempat persalinan : Rumah sakit
Persiapan yang telah dilakukan : Materil dan moril
Rencana menyusui : ASI
Rencana perawatan anak : Merawat sendiri
Kontrasepsi yang akan digunakan : Belum ada rencana
Rencana jumlah anak : 2 orang

B. Keluarga
Tanggapan suami atau keluarga terhadap kehamilan : Sangat senang
Dorongan yang diberikan suami/keluarga : Materil & moril


C. Budaya
Kebiasaan/adat istiadat yang dilakukan selama kehamilan : Tidak ada

4.2 DATA OBJEKTIF
I. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmenthis
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
Suhu : 36,8 0C
Berat badan : - Sebelum Hamil : 59 Kg
- Saat Hamil : 66 Kg
Tinggi badan : 156 cm
LILA : 30 cm

II. Pemeriksaan Obsentrik
A. Inspeksi
1. Kepala
Mata
* Sclera : Putih
* Conjungtiva : Merah
Muka : Chloasma gravidarum (+)
Mulut
* Lidah : Bersih
* Gigi : Bersih
2. Leher
Kelenjar Tyroid : Tidak ada pembesaran
Tumor : Tidak ada
3. Dada
Pembesaran payudara : Simetris
Areola mammae : Hiperpigmentasi (+)
Puting susu : Menonjol
4. Abdomen
Pembesaran : Simetris
Linea : Nigra
Striae : Livide
Luka Bekas operasi : Tidak ada
Kelainan : Tidak ada

5. Genetalia Eksternal
Labia Mayora/minora : Tidak ada kelainan
Kelenjar Bartholini : Tidak ada pembesaran
Pengeluaran : Tidak ada
6. Ekstremitas
Tungkai simetris/tidak : Simetris
Oedema : Tidak ada
Varices : Tidak ada
Kelainan : Tidak ada

B. Palpasi
Leopold I : TFU 2 jari di atas pusat, Bagian fundus teraba kepala
(MD:22cm)
Leopold II : Punggung janin terdapat dibagian kiri dan bagian kecil
Terdapat di bagian kanan perut ibu
Leopold III : Presbo, Belum masuk PAP
Leopold IV : Belum dilakukan pemeriksaan
TBJ : 1550 Gram

C. Auskultasi
DJJ : ( + )
Frekuensi : 130 kali/menit
Lokasi : Terdapat dibagian kiri perut ibu disekitar pusat

D. Perkusi
Refleks Patella : Kanan ( + )/ kiri ( + )

III. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
1. Darah
Hb : 13,8 gr %

2. Urine
Protein : Tidak dilakukan pemeriksaan
Glukosa : Tidak dilakukan pemeriksaan

4.3 ASSESMENT
Diagnosa Kebidanan : G1P0A0, Hamil 25 minggu, JTH, puki, Presbo.

Masalah : - Letak janin sungsang
- Usia ibu dibawah usia Reproduksi (<20 th)

Kebutuhan : - Informasi tentang keadaan ibu dan janin
- Informasi tentang cara melakukan posisi Knee Chest (Lutut dada)
- Informasi tentang tanda bahaya dalam kehamilan presentasi bokong
- Motivasi untuk ber-KB karena usia ibu kurang dari 20 tahun
- Support atau dukungan emosional
- Informasikan pada ibu untuk melakukan USG

4.4 PLANNING
Dilakukan pada tanggal 18 Agustus 2009 pada pukul 11.30 wib
Perencanaan
1. Jelaskan kepada ibu mengenai keadaan ibu dan janin
2. Berikan informasi mengenai terapi yang dapat merubah posisi janin yaitu ibu melakukan posisi knee chest (lutut dada)
3. Jelaskan kepada ibu mengenai tanda bahaya dalam kehamilan
4. Pemberian Suplementasi multivitamin.
5. Sarankan ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu kemudian untuk pemberian TT 2
6. Sarankan ibu agar mengikuti program KB terlebih dahulu setelah anaknnya lahir untuk mengatur kehamilan ibu dan untuk mematangkan organ reproduksi karena ibu tergolong Faktor resiko yaitu usia yang masih <20 tahun.
7. Sarankan ibu untuk melakukan pemeriksaan USG pada dokter spesialis
8. Sarankan ibu unntuk melahirkan di Rumah Sakit.

Pelaksanaan
1. Menjelaskan kepada ibu mengenai keadaan ibu dan janin.
2. Memberikan informasi mengenai terapi yang dapat merubah posisi janin yaitu ibu melakukan posisi knee chest (lutut dada)
3. Menjelaskan kepada ibu mengenai tanda bahaya dalam kehamilan seperti perdarahan pervaginam, sakit kepala yang hebat, nyeri epigastrium, dan lain-lain. Dan meminta ibu untuk memeriksakan kehamilannya apabila mendapati tanda-tanda seperti diatas.
4. Memberikan Suplementasi multivitamin.
5. Menyarankan ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu kemudian untuk pemberian TT 2.
6. Menyarankan ibu agar mengikuti program KB terlebih dahulu setelah anaknnya lahir untuk mengatur kehamilan ibu dan untuk mematangkan organ reproduksi karena ibu tergolong Faktor resiko yaitu usia yang masih <20 tahun.
7. Menyarankan ibu untuk melakukan pemeriksaan USG pada dokter spesialis
8. Menyarankan ibu untuk melahirkan di Rumah Sakit





Evaluasi
Pada tanggal : 25 – 08– 2009 Pukul : 11.10 WIB
1. Ibu mengetahui mengenai kondisi ibu dan janinnya
2. Ibu melakukan latihan posisi knee chest atau posisi lutut dada
3. Ibu mengerti dengan penjelasan bidan mengenai tanda bahaya kehamilan
4. Ibu Meminum secara rutin suplemen multivitamin yang telah diberikan.
5. Ibu melakukan kunjungan ulang 1 minggu kemidian untuk mendapatkan imunisasi TT 2.
6. Ibu berencana untuk mengikuti program KB setelah bayinya lahir.
7. Ibu datang ke dokter spesialis untuk pemeriksaan USG.
8. Ibu berencana melahirkan di Rumah sakit.

















BAB V
PEMBAHASAN

Dari hasil pengkajian dan pemeriksaan yang dilakukan terhadap Ny.”S” dengan G1P0A0 hamil 25 minggu yang datang ke Puskesmas Talang Ratu Palembang untuk memeriksakan kehamilannya. Didapat hasil bahwa keadaan umum ibu baik dengan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, pernapasan 20 x/menit, suhu 36,8 °C, tinggi badan 156 cm, berat badan sebelum hamil adalah 59 Kg dan berat badan sekarang adalah 66 Kg.
Dengan rambut yang hitam dan tidak berketombe, Conjungtiva mata ibu merah dan sklera putih, tampak cloasma gravidarum pada muka ibu , mulut ibu bersih dan tidak adanya sariawan, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan vena jugularis, mammae simetris dan areola yang hiperpigmentasi dan puting susu menonjol, pembesaran perut simetris, tidak ada oedema dan varices pada tungkai, reflek patella positif dan hasil pemeriksaan laboratorium (Hb) ibu menunjukan normal yaitu 13,8 gr%
Namun, pada pemeriksaan palpasi didapat adanya masalah yaitu letak janin sungsang atau Presentasi Bokong. Dalam keadaan normal seharusnya yang menjadi presentasi bagi janin adalah kepala. Tetapi, karena usia kehamilan ibu yang masih 25 minggu (belum aterm) sehingga kemungkinan janin untuk berputar dan merubah posisi itu masih ada. Jadi, keadaan ini tidak terlalu dikhawatirkan dan asuhan yang diberikan pada Ny. ”S” ialah KIE tentang posisi Knee Chest (lutut dada) dengan menyarankan ibu untuk sering melakukan latihan sujud.
Dari hasil pengkajian juga diketahui bahwa usia Ny ”S” termasuk dalam faktor Resiko dalam kehamilan yaitu 19 tahun. (Khohort Ibu hamil)
Sehingga asuhan yang diberikan pada Ny. ”S” adalah KIE tentang Program KB dengan memotivasi ibu untuk menjadi akseptor KB langsung setelah 40 hari kelahiran anaknya untuk mengatur kehamilan. Dan pemantauan yang ketat terhadap Ny. ”S” untuk kemungkinan adanya tanda bahaya yang dihadapi ibu terkait usia ibu yang masih muda
Adapun asuhan kebidanan yang diberikan terhadap Ny. ”S” hamil 25 minggu dengan Presentasi bokong dan faktor resiko usia, antara lain :
1. Menjelaskan kepada ibu mengenai keadaan ibu dan janin.
2. Memberikan informasi mengenai terapi yang dapat merubah posisi janin yaitu ibu melakukan posisi knee chest (lutut dada)
3. Menjelaskan kepada ibu mengenai tanda bahaya dalam kehamilan seperti perdarahan pervaginam, sakit kepala yang hebat, nyeri epigastrium, dan lain-lain. Dan meminta ibu untuk memeriksakan kehamilannya apabila mendapati tanda-tanda seperti diatas.
4. Memberikan Suplementasi multivitamin.
5. Menyarankan ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu kemudian untuk pemberian TT 2.
6. Menyarankan ibu agar mengikuti program KB terlebih dahulu setelah anaknnya lahir untuk mengatur kehamilan ibu dan untuk mematangkan organ reproduksi karena ibu tergolong Faktor resiko yaitu usia yang masih <20 tahun.
7. Menyarankan ibu untuk melakukan pemeriksaan USG pada dokter spesialis
8. Menyarankan ibu untuk melahirkan di Rumah Sakit

Dari pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny ”S”, ternyata terdapat kesamaan atau kesesuaian antara teori mengenai standar pelayanan antenatal dengan kenyataan pelaksanaan asuhan antenatal di lahan praktik. Kesamaan atau kesesuaian tersebut terlihat dari cara-cara ataupun langkah yang telah diterapkan oleh bidan dalam membimbing kami dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. ”S” di Puskesmas Talang Ratu Palembang. Dalam teori kita ketahui ada 8 standar pelayanan antenatal yaitu timbang, tensi, tinggi fundus uteri, TT, tablet Fe, temu wicara, tes laboratorium dan tes PMS. Pada kenyataan pelaksanaan asuhan kebidanan terhadap Ny. ”S”, dilakuakan penimbangan berat badan dari Ny.”S”, pengukuran tekanan darah Ny. ”S”, pengukuran tinggi fundus uteri Ny. ”S”, pemberian imunisasi TT 1 dan TT 2 terhadap Ny. ”S”, pemberian tablet Fe terhadap Ny. ”S” sebanyak 90 butir, adanya temu wicara dengan antara Bidan dengan Ny. ”S” dan pelaksanaan tes laboratorium (pemeriksaan Hb) terhadap Ny. ”S” sedangkan untuk pelaksanaan tes PMS tidak dilakukan karena tidak adanya tanda atau gejala yang mengarah pada penyakit menular seksual terhadap ibu. Sehingga pelaksanaan tes PMS tidak perlu dilakukan.


BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Dari asuhan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Dari data Subjektif diketahui bahwa Ny.”S” datang ke puskesmas Talang Ratu pada tanggal 18 Agustus 2009 pukul 10.05 WIB untuk memeriksakan kehamilannya. Ibu mengaku hamil anak pertama dengan usia kehamilan enam bulan. Sedangkan dari data objektif didapat tinggi fundus uteri ialah 2 jari di atas pusat dengan presentasi bokong.
2. Dari pengkajian yang dilakukan, didapatkan diagnosa Ny. ”S” hamil 25 minggu, janin tunggal hidup dengan presentasi bokong. Masalah yang dihadapi dalah bahwa letak janin sungsang dan usia Ny.”S” kurang dari 20 tahun (faktor resiko). Sehingga, kebutuhan atas masalah tersebut adalah informasi tentang keadaan ibu dan janin, konseling posisi Knee Chest (Lutut dada), informasi tentang tanda bahaya dalam kehamilan, motivasi untuk ber-KB karena usia ibu kurang dari 20 tahun, dan pemantauan yang lebih ketat terhadap kemungkinan yang buruk.
3. Adapun perencanaan yang diberikan pada Ny. ”S” adalah memberikan konseling mengenai terapi yang dapat merubah posisi janin yaitu ibu melakukan posisi knee chest (lutut dada), menjelaskan kepada ibu mengenai tanda bahaya dalam kehamilan seperti perdarahan pervaginam, sakit kepala yang hebat, nyeri epigastrium, dan lain-lain. Dan meminta ibu untuk memeriksakan kehamilannya apabila mendapati tanda-tanda seperti diatas, memberikan Vitamin Bcompleks dan Fe, menyarankan ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu kemudian untuk pemberian TT 2, menyarankan ibu agar mengikuti program KB terlebih dahulu setelah anaknnya lahir untuk mengatur kehamilan ibu dan untuk mematangkan organ reproduksi karena ibu tergolong Faktor resiko yaitu usia yang masih <20 tahun dan menyarankan ibu untuk melahirkan di Rumah Sakit.
4. Ibu mengetahui mengenai hasil pemeriksaan dan ibu mengerti dengan KIE yang diberikan.

6.2 Saran
Adapun Saran yang hendak disampaikan oleh penulis antara lain :
1. Ibu diharapkan dapat melaksanakan asuhan dan nasehat yang telah diberikan.
2. Ibu diharapkan dapat mengetahui tanda-tanda bahaya dalam kehamilan.
3. Menyarankan ibu untuk memeriksakan kehamilannya.
4. Menyarankan ibu untuk melakukan USG.
5. Menyarankan kepada ibu untuk bersalin di rumah sakit.
6. Menyarankan kepada ibu untuk ber-KB setelah melahirkan.

Senin, 12 April 2010

PKL kebidanan komunitas Akbid THB plg BAB I,II,III

LAPORAN KEGIATAN
PRAKTEK KERJA LAPANGAN ( PKL )
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS DALAM RANGKA PENGEMBANGAN DESA SIAGA DI DUSUN KRAGILAN, DESA BIMOMARTANI KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN SLEMAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Tanggal 17 s/d 30 Desember 2009


Disusun Oleh :
Kelompok XII

1. EMA RIATI 01.07.003
2. HESVA SEPTORA LEZA 01.07.004
3. JULITA ARYANI 01.07.007
4. MAYA PUSVITA SARI 01.07.008
5. NITA EKA WATI 01.07.011
6. NYAYU AMRINA ROSYADA 01.07.012
7. RETNO KURNIAWATY 01.07.014
8. RIA ANGELINA 01.07.015
9. VITRI YANI SASMITA 01.07.018
10. YULI DARLINA 01.07.019
11. SANTI RAHAYU 01.07.021

PEMERINTAHAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
DINAS KESEHATAN ( DINKES )
BALAI PELATIHAN KESEHATAN ( BAPELKES ) YOGJAKARTA
Jl. Raya solo Km. 12,8 Fax. (0274) 497253, Ph. (0274) 496192
Kalasan, Seleman, Yogyakarta
E-mail: Bapelkes@dinkes.jogja.prov.go.id
55571
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN KEGIATAN
PRAKTEK KERJA LAPANGAN ( PKL)
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS DALAM RANGKA PENGEMBANGAN DESA SIAGA DI DUSUN KRAGILAN, DESA BIMOMARTANI KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN SLEMAN
PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

DIAJUKAN OLEH :
KELOMPOK XII

TELAH DISETUJUI & DISAHKAN OLEH :


KEPALA DUSUN PEMBIMBING PUSKESMAS



(Suharyono) (Cahyaningtyas, A.Md)


PEMBIMBING DOSEN PEMBIMBING BAPELKES



(Rini Gustina Sari, AM.Keb) Drg. Retno Lukitowati, Mpd)




KATA PENGANTAR
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Praktek kerja lapangan (PKL) Di dusun Kragilan, Desa Bimomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman pada tanggal 17 s/d 30 Desember 2009 dan dapat menyelesaikan laporan hasil PKL ini.
PKL ini merupakan penerapan dalam ilmu kebidanan komunitas, dan merupakan salah satu persyaratan dalam program belajar mengajar D-III kebidanan. Dalam penulisan laporan hasil PKL ini, kami merasa masih banyak kekurangan dikarenakan sumber data yang tidak lengkap, waktu yang singkat, dan kurangnya pemahaman bahasa serta keterbatasan kami sebagai mahasiswi, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran bersifat edukatif dan membangun dari semua pihak guna perbaikan dan sempurnanya laporan hasil PKL ini di masa yang akan datang.
Atas selesainya laporan hasil PKL ini, kami sangat berterima kasih atas bimbingan, saran dan nasehat serta fasilitas yang telah disediakan untuk kami agar dapat mengembangkan diri demi institusi dan profesi, maka pada kesempatan ini perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Ibu Hj. Amenda Paswida Sebayang, SKM., SST, M.Kes, Selaku Direktur Akademi Kebidanan Tunas Harapan Bangsa Palembang.
2. Ibu Rini Gustina Sari AM.Keb Selaku Pembimbing Akademik yang senantiasa mendampingi serta memberikan dukungan.
3. Bapak Dr. Joko Santoso, M.Kes, Selaku Kepala Bapelkes Yogyakarta.
4. Bapak Amin Subargus, SKM., M.Kes, Selaku ketua Panitia PKL
5. Bapak Ir. Supriyanto, Selaku Kepala Desa Bimomartani.
6. Ibu Drg. Retno Lukitowati, Mpd, Selaku Pembimbing dari Bapelkes Yogyakarta yang senantiasa membimbing kami selama di Dusun Kragilan.
7. Bapak Sumaryo, Selaku Pembimbing dari Bapelkes Yogyakarta yang senantiasa membantu kami selama di Dusun Kragilan.
8. Ibu Cahyaningtyas, A.Md Selaku Pembimbing dari Puskesmas Ngemplak I yang senantiasa membimbing kami selama di Dusun Kragilan.
9. Bapak Suharyono, Selaku Kepala Dusun Kragilan.
10. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan laporan PKL yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Semoga Allah memberikan balasan berlipat ganda kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan PKL. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.





Yogyakarta, Desember 2009




Kelompok XII









DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 3
C. Manfaat PKL 5
D. Sasaran 7
E. Ruang Lingkup Penelitian 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Desa Siaga 10
1. Pengertian dan Tujuan Desa Siaga 10
2. Sasaran Pengembangan dan Kriteria Desa Siaga 10
3. Langkah-langkah Pengembangan Desa Siaga 12
B. Konsep Penggerakkan Dan Pemberdayaan Masyarakat 13
1. Pengertian Penggerakkan Dan Pemberdayaan Masyarakat 13
2. Tujuan Penggerakkan Dan Pemberdayaan Masyarakat 14
3. Prinsip-prinsip Penggerakkan Dan Pemberdayaan Masyarakat 14
4. Ciri-ciri Penggerakkan Dan Pemberdayaan Masyarakat 15
5. Strategi Penggerakkan Dan Pemberdayaan Masyarakat 15
6. Pokok-pokok Kegiatan Penggerakkan Dan Pemberdayaan Masyarakat 16
7. Langkah-langkah Penggerakkan Dan Pemberdayaan Masyarakat 16
C. Konsep Penyakit 17
1. ISPA Pada Ballita 17
2. DIARE 19
BAB III METODELOGI PKL
A. Jenis dan Rangcangan Penelitian 31
B. Populasi Penelitian 31
C. Sample Penelitian 31
D. Lokasi Penelitian 32
E. Cara Pengumpulan Data 32
F. Instrumen Pengumpulan Data 32
G. Analisa Data 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data Umum (Sekunder) 34
1. Data Geografi 34
2. Data Demografi 34
3. Data Sumber Daya Masyarakat 38
B. Data Khusus (Primer) 39
1. Identitas Responden 39
2. Data Status Kesehatan Keluarga/Masyarakat 43
3. Tingkat Pengetahuan 45
4. Tingkat Praktek/Pelaksanaan 51
5. Ringkasan Data Senjang 58
6. Rumusan Masalah Kesehatan 59
7. Prioritaas Masalah Kesehatan 59
8. Rencana Intervensi 60
9. Faktor Penghambat dan Pendukung 60
10. Evaluasi Program Kegiatan 61
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 62
B. Saran 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN




BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses belajar mengajar pada program jenjang D-III kebidanan, dimaksudkan agar kelak lulusannya menjadi bidan yang bermutu, profesional dan mandiri baik di Institusi pelayanan kesehatan mampu praktek mandiri sesuai dengan kompetensi yang terdapat pada kurikulum berbasis kompetensi (KBK) Program pendidikan D-III tahun 2006. Salah satu mata kuliah yang harus ditempuh oleh bidan ini adalah mata kuliah kebidanan komunitas dengan beban 3 SKS yang ditempatkan di semester V dimana kompetensinya adalah 1 SKS teori dan 2 SKS praktek lapangan. Program pembelajaran kebidanan komunitas didapatkan melalui strategi pengalaman belajar cermat (pbc), pengalaman belajar diskusi (pbd), program belajar seminar (pbs), pengalaman belajar praktek (pbk) ataupun pengalaman belajar lapangan (pbl), yang dapat dilaksanakan di kelas, klinik dan komunitas/masyarakat langsung. Khusus untuk kegiatan pengalaman belajar praktek lapangan (pbl), yang merupakan metode proses pembelajaran dilakukan dengan menerapkan semua ilmu yang telah diperoleh di kelas (studi komprehensif) ke dalam suatu tatanan nyata di masyarakat, di mana masalah kesehatan yang akan dipenuhi lebih kompleks untuk dilakukan pemecahan masalah. Dalam rangka mewujudkan visi Indonesia Sehat telah disepakati perlunya perubahan paradigma pembangunan kesehatan, yaitu dari paradigma sakit ke paradigma sehat. Paradigma sehat adalah kemampuan dan kemauan masyarakat untuk hidup sehat secara mandiri, malalui hidup bersih dan sehat (PHBS) di berbagai tatanan. Salah satu tatanan dalam pelaksanaan PHBS adalah tatanan Rumah tangga (RT) sebagai unit terkecil dalam komunitas. Pelaksanaan PHBS pada tatanan rumah tangga adalah adanya indikator yang menunjukan keluarga tersebut sudah melakukan upaya program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB). Indikator perilaku yang berkaitan dengan KIA/KB ini menjadi sangat penting karena merupakan salah satu indikator sensitif (spesifik) keberhasilan pembangunan kesehatan. Selain itu dalam mewujudkan “Masyarakat Sehat”, Depkes telah meluncurkan program desa siaga dengan salah sau kegiatan pelayanannya adalah Pos Kesehatan Desa dimana Bidan menjadi penanggungjawab atau Koordinator unit pelayanan berbasis sumber daya masyarakat tersebut.
Oleh karena itu calon bidan harus memiliki pengalaman langsung dalam mengelola Pos Kesehatan Desa, menggerakkan dan memberdayakan masyarakat dalam program Desa Siaga.
Bapelkes Jogja sebagai unit pelaksana teknik Dinas Kesehatan Provinsi D.I.Y merupakan Institusi Diklat Kesehatan, yang mempunyai tugas pokok dan fungsi untuk meningkatkan kapasitas calon tenaga kesehatan dan masyarakat (kader kesehatan, mahasiswa kesehatan dan masyarakat umum) melalui berbagai bentuk pendidikan pelatihan yang lebih berorientasi untuk menunjang program-program kesehatan yang dicanangkan Dinkes Provinsi D.I.Y dan Depkes Pusat. Salah satu upaya Bapelkes Jogja untuk turut menyiapkan SDM Kesehatan yang Profesional dan ahli di bidangnya adalah dengan menyediakan sarana prasarana untuk pembelajaran tenaga kesehatan dan masyarakat, termasuk mahasiswa kesehatan dalam bentuk praktek belajar lapangan (baik dalam bentuk pbl, pkl maupun pkn) di laboratorium, kelas dan lapangan. Bapelkes Jogja, sebagai bentuk pelaksanaan tugas pokok tersebut, Bapelkes Jogja bekerja sama dengan berbagai perguruan tinggi kesehatan jenjang S-I maupun D-III dan IV kesehatan dapat memfasilitasi menyelenggarakan kegiatan pembelajaran dalam bentuk Praktek Kerja Lapangan (PKL) manajemen kebidanan komunitas. Salah satu tujuan dari manajemen kebidanan komunitas adalah pengolahan asuhan kebidanan bagi masyarakat dan keluarga dengan tujuan, sasaran target, pelakasanaan dan evaluasi di lingkungan masyarakat.

Strategi pendekatan pelaksanaan yang digunakan dalam praktek manajemen kebidanan komunitas adalah berorientasi pada program kerja puskesmas, yaitu program PHBS, Operasionalisasi Desa Siaga dan Primary Health Care (PHC), yaitu lebih memfokuskan pada upaya membangkitkan peran serta masyarakat, penyadaran akan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat, peningkatan pengetahuan masyarakat dalam hal kesehatan, sehingga masyarakat mampu mengenal masalah kesehatannya sendiri. Sehingga memberi kontribusi bagi pencapaian Indonesia Sehat di tingkat keluarga dan masyarakat.

B. Tujuan
Tujuan Umum
Setelah mengikuti PKL diharapkan mahasiswa mampu mengidentifikasi, merencanakan, memprioritaskan, mengiplementasikan, mengevaluasi dan memonitoring managemen pelayanan kebidanan komunitas dengan tekhnik penggerakan dan pemberdayaan masyarakat serta pendekatan edukatif pada individu, keluarga, kelompok khusus ataupun pada komunitas tertentu dalam rangka mewujudkan tercapainya Indonesia sehat.

Tujuan Khusus
Selama praktek lapangan, mahasiswa mampu ;
1. Melakukan pengenalan, orientasi dan sosialisasi pada masyarakat (Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) atau pertemuan 1)
2. Melakukan pengkajian data dan mengidentifikasi isu-isu permasalahan kesehatan dan kebidanan komunitas terkini melalui Windshield Survey, Survai Mawas Diri (SMD), Observasi dan indepth Interview
3. Melakukan pengolahan dan analisis data sebagai dasar untuk mendiagnosis kebidanan komunitas dengan menggunakan pendekatan dan prespektif gender, metode analisis sosial, demografi, epidemiologi, dan statistik kesehatan
4. Melakukan teknik prioritas masalah kebidanan komunitas deengan menggunakan teknik skoring, USG, Fishbone Diagram, pohon masalah atau lainnya.
5. Merencanakan intervensi asuhan kebidanan komunitas dan pembentukan forum komunikasi dusun siaga dalam desa siaga bersama masyarakat melalui forum rembuk desa (MMD/pertemuan II).
6. Pembuatan strategi pelayanan yang berkaitan dengan kebidanan komunitas dan desa siaga secara berkesinambungan, benar dan tepat bersama sasaran dengan pendekatan PRA (Partisipatoring Rural Appraisal)
7. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas, sesuai dengan program kegiatan desa siaga pada keluarga dengan prioritas pada keluarga miskin, terasing dan atau daerah korban bencana, melalui pelayanan institusi Pos Kesehatan Desa (Poskesdes):
a. Melakukan sosialisasi program desa siaga dan pelayanan Poskesdes
b. Melakukan pelatihan kader dan toma dalam pengembangan desa siaga dan Poskesdes
c. Menggerakkan masyarakat untuk membentuk organisasi masyarakat dalam rangka pembentukan dusun siaga, misalnya dalam bentuk forum kesehatan masyarakat dusun, panitia pembentukan dusun siaga, dan lainnya
d. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil, ibu bersalin, postpartum dan perawatan bayi baru lahir di Poskesdes
e. Memberikan pendidikan kesehatan (promosi kesehatan) kepada ibu, remaja, anak usia sekolah, dan lansia tentang kesehatan reproduksi
f. Membantu memberikan pelayanan keluarga berencana
g. Membantu memberikan pelayanan imunisasi pada sasaran
h. Pengawasan tumbuh kembang bayi, anak dan balita (DTKB) di Play Group atau PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)
i. Membantu memberikan asuhan kebidanan pada balita sakit melalui MTBS
j. Melakukan pelayanan bina keluarga bermasalah kesehatan.
k. Memberikan pelayanan “fellow up care” kebidanan ibu post partum di unit pelayanan kesehatan.
l. Memberikan pelatihan SADARI, senam hamil, senam nifas an pijat bayi.
m. Memberikan pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan tentang kesehatan reproduksi bagi remaja, anak remaja, lansia dan lain-lain.
8. Melaksanakan pemantauan kesehatan Ibu dan Anak dengan Intrumen PWS-KIA.
9. Melakukan evaluasi pelayanan manajemen kebidanan komunitas.
10. Menyusun laporan pertanggung jawaban kegiatan pelayanan kebidanan pada komunitas.

C. Manfaat PKL
1. Bagi Peserta
a. Memperoleh pengalaman nyata dalam kehidupan bermasyarakat khusunya dalam pengembangan Desa Siaga dan penggerakkan masyarakat untuk mengetasi permasalahan kesehatannya sendiri dikaitkan dengan pelayanan manajemen kebidanan komunitas.
b. Mampu mengenal budaya, bahasa dan adat kebiasaan masyarakat D.I.Y sehari-hari.
c. Balajar sambil berwisata di wilayah D.I.Y
d. Memperoleh kenangan yang tak terlupakan dan menjadi media pendewasaan karakteristik dan budi pekerti mahasiswa sebagai bekal bekerja.


2. Bagi Institusi Pendidikan
a. Bagi dosen pengelola program kebidanan komunitas, diharapkan mampu memperoleh gambaran bagaimana cara penyelenggaraan dan pengelolaan managemen kebidanan komunitas.
b. Dilihat dari outputnya : menjadikan lulusannya menjadi pengalaman dan wawasan yang lebih komperhensif, holistik dan adaptif terhadap situasi dan kondisi yang berbeda dari tempat asalnya.
c. Dilihat dari reputasinya : maka institusi yang mengadakan PKL kebidanan komunitas di Bapelkes Jogja akan menjadi lebih diakui eksitensinya dan “brand image”nya menjadi lebih baik, sebagai lembaga pendidikan kesehatan yang peduli terhadap peningkatan mutu kesehatannya, khususnya dilingkungan badan PPSDM Depkes, yaitu Pusdiknakes dan atau Pusdiklat SDM Kesehatan Depkes RI serta institusi pendidikan kesehatan lain dan masyarakat, karena Bapelkes jogja berada di bawah pembinaan lembaga tersebut dan merupakan Institusi Diklat Resmi yang terakreditasi dan telah memiliki sertfikat penerapan sistim manajemen mutu ISO 9001:2000 pada tanggal 18 februari 2008.

3. Bapelkes Jogja
a. Sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan/organisasi (corporate social resposability/CSR) Bapelkes Jogja pada masyarakat jogja pada umumnya dan masyarakat kabupaten Sleman pada khususnya.
b. Melaksanakan sebagian tugas pokok dan fungsinya dalam mempersiapkan kapasitas dan kemampuan calon tenaga kesehatan, tenaga kesehatan dan masyarakat, agar lebih bermutu dan profesional.
c. Dapat meningkatkan jalinan partnership dan networking dengan berbagai organisasi dan institusi pendidikan kesehatan.

4. Desa Kragilan
Meningkatkan pengetahuan dan perilaku masyarakat di Desa Bimomartani pada umumnya dan Dusun Kragilan khususnya, dalam bidang peningkatan perilaku hidup sehat dan bersih, membantu masyarakat dalam mendapatkan data status kesehatan serta data umum lainnya untuk kepentingan tingkat Desa atau Dusun.

D. Sasaran
Sasaran kegiatan PKL ini adalah individu, keluarga, kelompok khusus (bumil, buteki, balita, bayi, remaja, lansia, anak sekolah) dan masyarakat perdukuhan diwilayah Kebupaten/Kota se-Provinsi D.I.Y, yang memiliki karakteristik :
a. D.I.Y merupakan wilayah dengan indikator derajat kesehatan masyarakat yang paling baik dibandingkan dengan daerah lain, khususnya terkait dengan indikator kesehatan ibu, bayi, balita dan anak serta umur harapan hidupnya tertinggi di Indonesia, sehingga dapat menjadi media pembelajaran lapangan yang baik (kampus alamiah).
b. D.I.Y merupakan daerah yang memiliki karakteristik penduduk yang unik dan khas, di mana tingkat pemberdayaan dan kegotongroyongan masyarakatnya relatif baik.
c. D.I.Y merupakan daerah yang memiliki pengalaman dalam menangani permasalahan kesehatan terkait dengan kegawatdaruratan akibat bencana alam dan sehari-hari.
d. D.I.Y merupakan daerah dengan banyak “pilot project” atau program percontohan dan berbagai bentuk terobosan dibidang pembangunan kesehatan.

E. Ruang Lingkup Penelitian
Melaksanakan asuhan kebidanan komunitas di wilayah binaan Dusun Kragilan Desa Bimomartani Kecamatan Ngemplak Kabupaten Sleman, DIY. Dengan target sesuai kurikulum dan pertanggung jawaban bukti dari pelaksanaan PKL mahasiswa diberi tugas untuk membuat laporan yang meliputi :


1. Individu
a. Melakukan pengkajian masalah kesehatan ibu dan anak pada minimal 10 KK sesuai dengan wilayah kerjanya masing-masing, dengan PUS (Pasangan Usia Subur) sebagai Unit Analisanya sebagai populasinya dan Wanita Usia Subur (WUS) sebagai sampelnya/respondennya.
b. Melakukan asuhan manajemen kebidanan komunitas pada KK Binaan, sebanyak 1 (satu) KK, dengan ketentuan :
1) Memenuhi kriteria sebagai keluarga rawan kesehatan atau risiko tinggi masalah kesehatan ibu dan anak.
2) Penentuan KK Binaan harus persetujuan pembimbing masing-masing.
3) Menyusun laporan Askeb Komunitas sesuai format dari institusi pendidikan.
4) Laporan dari salah satu KK Binaan tersebut merupakan dasar untuk diujikan atau responsi dengan pembimbing. Responsi dilakukan sebelum dilaksanakan seminar hasil sesuai dengan pembimbing pendidikan dan pembimbing Bapelkes masing-masing (apabila institusi menghendaki).
5) Laporan harus selesai dan ditandatangani pembimbing dusun, Puskesmas, pendidikan dan Bapelkes sebelum seminar hasil PKL.
6) Laporan dilampiri : Denah rumah, Genogram, Satuan Acara Penyuluhan Kesehatan (Penkes), daftar hadir per-kegiatan dan foto-foto.


2. Kelompok
a. Melaksanakan pertemuan dengan warga masyarakat dusun melalui forum MMD I, MMD II dan MMD III.
b. Melaksanakan pengelolaan dan analisa data dengan pendekatan metodelogi ilmiah.
c. Melakukan pemrioritasan masalah kebidanan komunitas dengan berbagai pilihan teknik prioritas masalah.
d. Melaksanakan intervensi kebidanan komunitas dengan pendekatan prespektif gender, participatory Rural Appraisals (PRA) dan pemberdayaan masyarakat dengan ketentuan.
 Pelaksanaan kegiatan di RT, RW, Dusun, misalnya kegiatan peran serta di Posyandu, BPS, Polindes, Pertolongan Persalinan, Puskesmas dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan pada kebidanan komunitas.
e. Melakukan sosialisasi Program Dusun/Desa Siaga dan sekaligus pembentukan forum komunikasi kesehatan masyarakat dusun (panitia pembentukan dusun siaga).
f. Melaksanakan bimbingan, pendidikan dan pelatihan pada minimal 2 kader untuk mendukung SDM desa/dusun siaga menerapkan intervensi kebidanan komunitas (misal sadari, pengukuran tensi, senam ibu hamil, pijat bayi dan senam nifas)
g. Menyusun laporan kegiatan Manajemen Kebidanan Komunitas (Laporan Hasil Kegiatan PKL) tentang seluruh kegiatan selama PKL sesuai dengan kelompoknya/dusunnya.
 Dilampiri dengan : Format Pengkajian, Satuan Acara Penyuluhan (SAP) setiap kegiatan, Plan Of Action (POA), Peta atau denah wilayah Dusun, Jadwal kegiatan Dusun, Daftar hadir kegiatan Dusun, Dafar Pengorganisasian mahasiswa, foto-foto kegiatan.
h. Setiap kelompok membuat laporan hasil kegiatan PKL minimal 6 copy-an. (1 untuk kecamatan, 1 untuk Desa, 1 untuk Bapelkes Yogyakarta, 1 untuk Bapeda Provinsi, 1 untuk Pendidikan dan 1 untuk Kelompok).
i. Laporan kelompok yang sudah diseminarkan dan direvisi harus dikumpulkan ke panitia (Seksi Laporan/Ilmiah).




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Desa Siaga
1. Pengertian dan Tujuan Desa Siaga
Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah–masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan, secara mandiri yang pada hakekatnya terdiri dari Dusun/Rw Siaga. Desa yang dimaksud di sini dapat berarti kelurahan atau nagari atau istilah-istilah lain bagi kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Desa siaga aktif adalah desa yang mempunyai poskesdes dan buka setiap hari untuk memberikan yankes dasar, surveilans penyakit berbasis masyarakat. Pelayanan penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan pemantauan gizi serta masyarakatnya menerapkan PHBS.
Tujuan dari pengembangan Desa Siaga ini adalah untuk terwujudnya masyarakat desa yang sehat, serta peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya.

2. Sasaran Pengembangan dan Kriteria Desa Siaga
Untuk mempermudah strategi intervensi, sasaran pengembangan Desa Siaga dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
a. Semua individu dan keluarga di desa, yang diharapkan mampu melaksanakan hidup sehat serta peduli dan tanggap permasalahan kesehatan di wilayah desanya.
b. Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut, seperti tokoh masyarakat, termasuk tokoh agama, tokoh perempuan dan pemuda, kader serta petugas kesehatan.
c. Pihak-pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan, peraturan perundang-undangan, dana, tenaga, sarana dan lain-lain seperti kepala desa, camat, para pejabat terkait, swasta, para donatur dan pemandu kepentingan lainnya.

Sebuah desa telah menjadi desa siaga apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes). Poskesdes adalah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan atau menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa. Poskesdes dapat dikatakan sebagai sarana kesehatan yang merupakan pertemuan antara upaya-upaya masyarakat dan dukungan pemerintah. Pelayanannya meliputi upaya-upaya promotif, prreventif dan kuratif yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan (terutama Bidan) dengan melibatkan Kader atau tenaga sukarela lainnya.
Bidan dan kader di Poskesdes diharapkan dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat desa, sekurang-kurangnya :
a. Pengamatan epidemiologi sederhana terhadap penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan faktor resikonya (termasuk status gizi) serta kesehatan Ibu Hamil yang beresiko.
b. Penanggulangan penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB serta faktor-faktor resikonya (termasuk kurang gizi).
c. Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan kesehatan.
d. Pelayanan medis dasar, sesuai dengan kompetensinya.
e. Kegiatan-kegiatan lain yaitu promosi kesehatan untuk peningkatan keluarga sadar gizi dan peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), penyehatan lingkungan, dan lain-lain merupakan kegiatan pengembangan.

Poskesdes juga diharapkan sebagai pusat pengembangan atau revitalisasi berbagai UKBM lain yang dibutuhkan masyarakat desa, dengan demikian Poskesdes sekaligus berperan sebagai koordinator UKBM tersebut. Poskesdes diselenggarakan oleh tenaga kesehatan (minimal seorang Bidan) dengan dibantu sekurang-kurangnya 2 orang Kader.

3. Langkah-langkah pengembangan Desa Siaga
a. Persiapan
b. Pelaksanaan
c. Pemantauan dan Evaluasi
d. Pendekatan Pengembangan Desa Siaga
1) Pengembangan Tim Petugas
2) Pengembangan Tim di Masyarakat
3) Survei Mawas Diri
4) Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
e. Pelaksanaan Kegiatan
1) Pemilihan Pengurus dan Kader Desa Siaga
2) Orientasi/Pelatihan Kader Desa Siaga
3) Pengembangan Poskesdes dan UKBM Lain
4) Penyelenggaraan Kegiatan Desa Siaga
f. Pembinaan dan Peningkatan

B. Konsep Penggerakan dan Pemberdayaan Masyarakat
1. Pengertian penggerakan dan pemberdayaan Masyarakat
Penggerakan dan pemberdayaan Masyarakat adalah segala upaya fasilitas yang bersifat persuasif dan tidak memerintah yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, perilaku, dan kemampuan masyarakat dalam menemukan, merencanakan dan memecahkan masalah menggunakan sumber daya atau potensi yang mereka miliki termasuk partisipasi dan dukungan tokoh-tokoh masyarakat serta LSM yang ada dan hidup di Masyarakat. Perggerakkan dan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan akan menghasilkan kemandirian masyarakat di bidang kesehatan, dengan demikian penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat merupakan proses, sedangkan kemandirian masyarakat di bidang kesehatan bisa diartikan sebagai kemampuan untuk dapat mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada di lingkungannya, kemudian merencanakan dan melakukan cara pemecahanya dengan memfaatkan potensi setempat tanpa tergantung pada bantuan dari luar.
Pembinaan peran serta masyarakat adalah salah satu upaya pengembangan yang berkesinambungan dengan tetap memperhatikan penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat melalui model persuasif dan tidak memerintah, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, prilaku, dan mengoptimal kemampuan masyarakat dalam menemukan, merencanakan, dan memecahkan masalah. Pembinaan lokal merupakan serangkai langka yang diterapkan guna menggali, menigkatkan dan mengarah masyarakat setempat.
Penggerakan dan pemberdayaan keluarga adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat tidak memerintah guna menigkatkan pengetahuan dan kemampuan keluarga agar mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan dan mengambil keputusan untuk melakukan pemecahannya dengan benar, tanpa atau dengan bantuan pihak lain. Perggerakkan dan pemberdayaan keluarga di bidang kesehatan akan menghasilkan kemandirian keluarga dalam menemukan masalah kesehatan yang ada dalam keluarganya, kemudian mampu merencanakan dan mengambil keputusan untuk memecahkan masalah kesehatannya sendiri tanpa atau dengan bantuan pihak lain. Salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk menghasilkan kemandirian di bidang kesehatan baik pada masyarakat maupun pada keluarga adalah pendekatan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE).

2. Tujuan penggerakan dan pemberdayaan Masyarakat
a. Tujuan umum
Menigkatnya kemandirian masyarakat dan keluarga dalam bidang kesehatan sehingga masyarakat dapat memberikan tindakan dalam menigkatkan derajat kesehatannya.
b. Tujuan Khusus
1) Meningkatnya pengetahuan masyarakat dalam bidang kesehatan.
2) Meningkatnya kemampuan masyarakat dalam pemeliharaan dan peningkatkan derajat kesehatan sendiri.
3) Meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat.
4) Terwujudnya kelembagaan upaya kesehatan masyarakat di tingkat lapangan.

3. Prinsip-prinsip penggerakan dan pemberdayaan Masyarakat
a. Menumbuhkembangkan kemampuan masyarakat.
b. Menumbuhkan dan atau mengembangakan peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan.
c. Mengembangkan semangat gotong royong dalam pembangunan kesehatan
d. Berkerja bersama masyarakat.
e. Menggalang kemitraan dengan LSM dan organiosasi kemasyarakat yang ada di masyarakat.
f. Penyerahan pengambilan keputusan kepada masyarakat.

4. Ciri-ciri penggerakan dan pemberdayaan Masyarakat.
a. Upaya yang berlandaskan pada penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat.
b. Adanya kemampuan / kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri.
c. Kegiatan yang segalah sesuatunya diatur oleh masyarakat secara sukarela.

Yang dimaksud dengan kemampuan/kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat dapat berupa :
1. Tokoh-tokoh masyarakat.
2. Organisasi kemasyarakat.
3. Dana masyarakat.
4. Saranan dan material yang dimiliki masyarakat.
5. Pengetahuan masyarakat.
6. Teknologi yang dimiliki masyarakat.
7. Pengambilan keputusan.






5. Strategi penggerakan & pemberdayaan Masyarakat
Dalam pemberdayaan masyarakat sebagai berikut :
a. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan.
b. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang telah disediakan oleh pemerintah.
c. Mengembangkan berbagai cara untuk menggali dan memfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat untuk pembangunan kesehatan.
d. Mengembangkan berbagai bentuk kegiatan pembangunan kesehatan yang sesuai dengan kultur budaya masyarakat setempat.
e. Mengembangkan manajemen sumber daya yang dimiliki masyarakat secara terbuka (transparan).




6. Pokok-pokok kegiatan penggerakan & pemberdayaan Masyarakat
a. Penyamaan persepsi tentang permasalahan kesehatan yang ada di masyarakat dan perencanan kegiatan untuk pemecahan masalah.
b. Pelaksanaan rencana kegiatan.
c. Pembinaan dan pengembangan.

7. Langkah-langkah penggerakan & pemberdayaan Masyarakat
Pembinaan peran serta masyarakat tingkat desa merupakan suatu rangkaian kegiatan yang berurutan, berkesinambungan dan saling terkait. Langkah-langkah penggerakan dan pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan desa siaga meliputi :
a. Pertemuan Tingkat Desa (PTD)
Pertemuan Tingkat Desa merupakan langkah awal dari kegiatan pembinaan di tingkat desa.

b. Survei Mawas Diri (SMD)
Survei Mawas Diri adalah kegiatan pengenalan, pengumpulan, dan pengkajian masalah kesehatan oleh tokoh masyarakat dan kader setempat di bawah bimbingan petugas kesehatan di desa/bidan di desa.

c. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
Musyawarah Masyarakat Desa adalah pertemuan seluruh warga desa untuk membahas hasil survei mawas diri dan merencanakan penanggulangan masalah kesehatan yang diperoleh dari hasil survei mawas diri.

C. Konsep Penyakit
1. ISPA Pada Balita
ISPA merupakan penyakit penyebab kematian tertinggi balita di Indonesia. Kriteria penderita ISPA dalam penata laksanaannya adalah balita dengan gejala batuk dan atau kesukaran bernafas. Pola tatalaksana penderita ini terdiri dari 4 bagian, yaitu :
a. Pemeriksaan
b. Penentuan ada tidaknya tanda bahaya
c. Penentuan klasifikasi penyakit
d. Pengobatan

Dalam menentukan klasifikasi penyakit dibedakan atas dua kelompok, yaitu kelompok untuk umur 2 bulan sampai kurang 5 tahun dan kelompok untuk umur kurang 2 bulan :
a. Untuk kelompok umur 2 bulan sampai kurang 5 tahun klasifikasi di bagi atas :
• Pneumonia berat
• Pneumonia
• Bukan pneumonia
Gambar Pneumonia berat


b. Untuk kelompok umur kurang 2 bulan klasifikasi dibagi atas :
• Pneumonia berat
• Bukan pneumonia

Klasifikasi bukan pneumonia mencakup kelompok penderita balita dengan batuk yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukkan adanya penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Dengan demikian klasifikasi bukan pneumonia mencakup penyakit-penyakit ISPA lain di luar pneumonia seperti batuk pilek biasa (common cold), pharyngitis, tonsillitis.
Pola tatalaksana ISPA yang diterapkan dimaksudkan untuk tatalaksana penderita pneumonia berat, pneumonia, dan batuk pilek biasa. Hal ini berarti penyakit yang penanggulangannya dicakup oleh Program P2 ISPA adalah pneumonia berat, pneumonia, dan batuk pilek biasa, sedangkan penyakit ISPA lain seperti pharyngitis, tonsillitis, dan otitis belum dicakup oleh program ini. Menurut tingkatannya pneumonia di klasifikasikan sebagai berikut :
a. Pneumonia berat
Berdasarkan pada adanya batuk atau kesukaran bernafas disertai nafas sesak atau tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (chest indrawing) pada anak usia 2 tahun – < 5 tahun. Sementara untuk kelompok usia < 2 bulan, klasifikasi pneumonia berat ditandai dengan adanya napas cepat (fast brething), yaitu frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali permenit atau lebih, atau adanya tarikan yang kuat pada dinding dada bagian bawah kedalam (severe chest indrawing).

b. Pneumonia
Berdasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernafas disertai adanya nafas cepat sesuai umur. Batas nafas cepat (fast brething) pada anak usia 2 bulan sampai <1 tahun adalah 50 kali atau lebih permenit sedangkan untuk anak usia 1 sampai <5 tahun adalah 40 kali atau lebih per menit atau
c. Bukan Pneumonia
Mencakup kelompok penderita balita dengan batuk yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukkan adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Dengan demikian klasifikasi bukan pneumonia mencakup penyakit-penyakit ISPA lain diluar pneumonia seperti batuk pilek biasa (common cold), phryngitis, tonsilitas, otitis atau penyakit ISPA non pnumonia lainnya.

Untuk tatalaksana penderita di rumah sakit atau sarana kesehatan rujukan bagi kelompok umur 2 bulan sampai < 5 tahun, dikenal pula diagnosis pneumonia sangat berat yaitu batuk atau kesukaran bernafas yang disertai adanya gejala sianosis sentral dan tidak dapat minum.


2. Diare
a. Pengertian
Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.
Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.
Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.

b. Penyebab
Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau dari sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:
1. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:
a) Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella, salmonela, E. Coli, golongan vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings, stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang disebabkan bahan-bahan kimia makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalau asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan sebagainya.
b) Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan jamur terutama canalida.

2. Diare osmotik (osmotik diarrhoea) disebabkan oleh:
a) malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan mineral.
b) Kurang kalori protein.
c) Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.

Sedangkan menurut Ngastiyah (1997), penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu:
1. Faktor infeksi
a) Infeksi enteral
Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi bakteri, infeksi virus (enteovirus, polimyelitis, virus echo coxsackie). Adeno virus, rota virus, astrovirus, dll) dan infeksi parasit : cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongxloides) protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia, trichomonas homunis) jamur (canida albicous).
b) Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media akut (OMA) tonsilitis/tonsilofaringits, bronkopeneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah dua (2) tahun.
2. Faktor malaborsi
Malaborsi karbohidrat, lemak dan protein.
3. Faktor makanan
4. Faktor psikologis
c. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:
1. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
3. Hipoglekia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak.
4. Gangguan Gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh:
- Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang bertambah hebat.
- Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama.
- Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan Sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.

d. Manifestasi Klinis Diare
1. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai wial dan wiata.
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.
7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
8. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan dalam. (Kusmaul).

e. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan tinja
a) Makroskopis dan mikroskopis
b) PH dan kadar gula dalam tinja
c) Bila perlu diadakan uji bakteri
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.

f. Komplikasi
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan pada elektro kardiagram).
4. Hipoglikemia.
5. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa, usus halus.
6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.

Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan.

g. Penyebab Diare (Pathways)

h. Penatalaksanaan
1. Medis
Dasar pengobatan diare adalah:
a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.
1) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.
2) Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai berikut:
• Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg
o 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
o 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
o 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
• Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
o 1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
• Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
o 1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
o 7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
o 16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
• Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
o Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1½ %. Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
• Untuk bayi berat badan lahir rendah
o Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).
b. Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg, jenis makanan:
• Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh
• Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)
• Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak jenuh.
c. Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.
2. Keperawatan
Masalah klien diare yang perlu diperhatikan ialah resiko terjadinya gangguan sirkulasi darah, kebutuhan nutrisi, resiko komplikasi, gangguan rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai proses penyakit.
Mengingat diare sebagian besar menular, maka perlu dilakukan penataan lingkungan sehingga tidak terjadi penularan pada klien lain.
a. Data fokus
1) Hidrasi
• Turgor kulit
• Membran mukosa
• Asupan dan haluaran
2) Abdomen
• Nyeri
• Kekauan
• Bising usus
• Muntah-jumlah, frekuensi dan karakteristik
• Feses-jumlah, frekuensi, dan karakteristik
• Kram
• Tenesmus
b. Diagnosa keperawatan
1) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan ketidakseimbangan antara intake dan out put.
2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kontaminasi usus dengan mikroorganisme.
3) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi yang disebabkan oleh peningkatan frekuensi BAB.
4) Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, tidak mengenal lingkungan, prosedur yang dilaksanakan.
5) Kecemasan keluarga berhubungan dengan krisis situasi atau kurangnya pengetahuan.
c. Intervensi
1) Tingkatkan dan pantau keseimbangan cairan dan elektrolit
• Pantau cairan IV
• Kaji asupan dan keluaran
• Kaji status hidrasi
• Pantau berat badan harian
• Pantau kemampuan anak untuk rehidrasi
• Melalui mulut
2) Cegah iritabilitas saluran gastro intestinal lebih lanjut
• Kaji kemampuan anak untuk mengkonsumsi melalui mulut (misalnya: pertama diberi cairan rehidrasi oral, kemudian meningkat ke makanan biasa yang mudah dicerna seperti: pisang, nasi, roti atau ASI.
• Hindari memberikan susu produk.
• Konsultasikan dengan ahli gizi tentang pemilihan makanan.
3) Cegah iritasi dan kerusakan kulit
• Ganti popok dengan sering, kaji kondisi kulit setiap saat.
• Basuh perineum dengan sabun ringan dan air dan paparkan terhadap udara.
• Berikan salep pelumas pada rektum dan perineum (feses yang bersifat asam akan mengiritasi kulit).
4) Ikuti tindakan pencegahan umum atau enterik untuk mencegah penularan infeksi (merujuk pada kebijakan dan prosedur institusi).
5) Penuhi kebutuhan perkembangan anak selama hospitalisasi.
• Sediakan mainan sesuai usia.
• Masukan rutinitas di rumah selama hospitalisasi.
• Dorong pengungkapan perasaan dengan cara-cara yang sesuai usia.
6) Berikan dukungan emosional keluarga.
• Dorong untuk mengekspresikan kekhawatirannya.
• Rujuk layanan sosial bila perlu.
• Beri kenyamanan fisik dan psikologis.
7) Rencana pemulangan.
• Ajarkan orang tua dan anak tentang higiene personal dan lingkungan.
• Kuatkan informasi tentang diet.
• Beri informasi tentang tanda-tanda dehidrasi pada orang tua.
• Ajarkan orang tua tentang perjanjian pemeriksaan ulang.
BAB III
METODELOGI PKL

A. Jenis dan rancangan Penelitian
PKL di dusun dilaksanakan dengan metode survei, yaitu di mana hanya sebagian populasi yang dijadikan sample, informasi diperoleh melalui permintaan keterangan-keterangan kepada pihak yang memberikan keterangan atau jawaban ( responden ). Atas serangkaian pertanyaan yang tersusun dalam suatu daftar.
Hasil survei sebagian tergantung pada kerjasama dan kecakapan responden sebagai faktor yang dapat mempengaruhi proses survei, sehingga besar kemungkinan akan kemasukan kesalahan – kesalahan, tapi dengan metode survei dapat diperoleh fakta- fakta yang tidak bisa diamati, keterangan pada masa lalu yang perlu dicatat, bahkan opini dan motif yang mungkin sangat penting bagi pemecahan masalah. Sebab itu metode ini paling banyak dipakai dalam riset sosial.

B. Populasi penelitian
Populasi penelitian adalah seluruh warga atau KK dusun Kragilan, desa Bimomartani, kecamatan Ngemplak dengan sampel yang diambil adalah 1 mahasiswa mendata minimal 10 KK. Sampel diambil secara prorporsional sesuai dengan jumlah KK tiap Rt dan Rw di Dusun. Artinya jika jumlah KK di Rt atau Rw tersebut lebih banyak dibandingkan Rt atau Rw tersebut lebih banyak. Sampel adalah pasangan usia subur dengan usia kurang dari 49 tahun.

C. Sample penelitian
Sample yang di ambil yaitu “purposive sampling“ atau sample yang bertujuan untuk membina keluarga tersebut menjadi awal dari pembentukan mastarakat yang sehat, samplenya adalah responden yang terpilih sesuai dengan kreteria, yaitu yang berkaitan dengan program kesehatan ibu dan anak yang menjadi prioritas masalah yang telah ditemui selama pendataan.

D. Lokasi penelitian
Lokasi yang diambil adalah Desa Bimomartani Kecamatan Ngemplak, alasan atau dasar penelitian lokasi yaitu bersumber dari :
1. Usulan dari kepala desa
2. Pertimbangan Kepala puskesmas Induk
3. Pertimbangan status kesehatan masyarakat
4. Pertimbangan sumber daya masyarakat

E. Cara pengumpulan data
Cara pengumpulan data yang dilakukan ada 2 cara, yaitu :
1. Data primer
Data diperoleh dari sumbernya, yang d amati dan dicatat untuk pertama kalinya. Dalam hal ini data primer adalah jawaban yang diberikan oleh pasangan usia subur yang didata oleh para mahasiswi dengan mengunakan kuisioner yang telah disediakan. Para mahasiswi mendatangi langsung ke rumah responden.
2. Data sekunder
Data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulanya oleh mahasiswa. Dalam hal ini mahasiswa mengambil data dari kepala dusun atau dukuh, balai desa dan puskesmas, contoh data sekunder adalah tentang demografi dusun.

F. Instrumen Pengumpulan data
Instrument pengambilan untuk pengumpulan data primer adalah pertanyaan tertutup yaitu responden dapat memilih satu atau mungkin lebih dari satu jawaban yang tersedia. Instrument pengumpulan data sekunder yang digunakan yaitu kuesioner, instrument survey lainnya yaitu tensi, timbangan dan thermometer.

G. Analisa data
Analisa data meliputi :
1. Analisa identitas responden
2. Analisa deskriptif kuantitatif ( tabel/grafik distribusi frekuensi ) dan analisa proses asuhan kebidanan. Bila memungkinkan analisis uji ”cross tabel” (tabel silang) antara tingkat pendidikan KK dengan pengetahuan tentang pola perilaku sehat sehari-hari atau tabel silang antara pekerjaan atau sanitasi keadaan rumah dan lain-lain.