Selasa, 13 April 2010

mUtu pelayanan kebiDanan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit tekanan darah tinggi selama kehamilan merupakan penyebb utama kematian ibu di indonesia, tekanan darah tinggi di sertai proteinuria merupakan diagnosis pre-eklamsia pada kehamilan.
Menurut WHO tahun 2008 menyatakan bahwa masih tingginya morbiditas dan mortalitas pada ibu hamil dan bersalin merupakan masalah besar di negara berkembang. Di negara miskin sekitar 25-50% kematian usia subur disebabkan oleh hal yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan. Berdasarkan data penelitian world bank atau bank dunia tahun 2008, angka kematian ibu saat melahirkan adalah 420 dari 100.000 ibu yang melahirkan.
Menurut Depkes RI (2007) kondisi derajat kesehatan di Indonesia masih memprihatinkan antara lain ditandai dengan masih tingginya AKI yaitu 228/100.000 kelahiran hidup dan kematian bayi baru lahir 34/1.000 kelahiran hidup (SDKI 2007-2008).
Di Sumatera selatan, Angka kematian Ibu (AKI) adalah 235/100.000 kelahiran hidup, hingga tahun 2009 diharapkan angka kematian ibu mencapai 226/100.000 kelahiran hidup. (Dinkes, Sumsel 2007) Di indonesia pre-eklamsia di samping perdarahan dan infeksi masih merupakan sebab utama kematian ibu dan kematian perinatal yang tinggi dengan 25 % penyebab obstetri langsung.
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2005, penyebab kematian ibu secara langsung diantaranya perdarahan 30%, eklamsi 25%, Infeksi 12%, Abortus 5%, Emboli Obstetri 3%, Komplikasi masa nifas 16%, Penyebab lain 12%, Sedangkan penyebab tidak langsung lainnya seperti terlambat mengenali tanda bahaya karena tidak mengetahui tanda kehamilan dalam resiko tinggi, terlambat mencapai fasilitas untuk persalinan dan terlambat untuk mendapatkan pelayanan.
Berdasarkan data yang ada di Rumah Sakit Bunda Prabumullih tahun 2008, penyebab kematian ibu disebabkan antaranya yaitu eklampsia 11% dari 257 ibu hamil di Rumah Sakit Bunda prabumullih.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pre-eklamsia adalah Penampilan Tenaga Kesehatan, Sarana dan prasarana kesehatan, Kepatuhan tenaga kesehatan terhadap SOP dan adat istiadat yang ada masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk membahas salah satu penyebab utama kematian ibu di indonesia yaitu pre-eklamsia.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab yang berhubungan dengan terjadinya pre-eklamsia
1.2.2 Tujuan Khusus
Untuk mengetahui hubungan terjadinya pre-eklampsia dengan penampilan tenaga kesehatan, sarana dan prasarana kesehatan, adat istiadat dan kepatuhan tenaga kesehatan terhadap SOP .


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Pre-eklamsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, oedema, dan protenuria yang timbul karena kehamilan. Pada kehamilan dimana tekanan darah di atas 140/90 mmHg dengan proteinuria melebihi 300mg dalam 24jam dan tekanan diastolik yang lebih besar dari 90mmHg pada dua kali pengukuran terpisah setela kehamilan 20 minggu dan proteinuria yang signifikan tanpa adanya hipertensi pra kehamilan.

2.2 Klasifikasi
a. Pre-eklampsia Ringan
1) TD > 140/90 mmHg setelah usia kehamilan 20 minggu.
2) Proteinuria > 1+ pada pengukuran dipstick urin atau kadar protein total >300 mg/24 jam.
b. Pre-eklampsia berat
1) TD sistolik >160 mmHgatau diastolik 110 mmHg.
2) Protenuria > 2+ pada pengukuran dipstick urin atau kadar protein total 2 mg/24 jam.
3) Kadar kreatinin darah melebihi 1,2 mg/dl kecuali telah di ketahui meningkat sebelumnya.
4) Sakit kepala yang terus bertahan atau gangguan serebral atau visual lain.
5) Nyeri epigastrik yang terus menerus.
6) Enzim hati yang meningkat ( SGOT, SGPT, LDH ).
7) Hitung trombosit < 100.000/mm3 .

2.3 Faktor-faktor predisposisi
a. Primigravida dengan usia dibawah 20 tahun dan semua ibu yang di atas 35 tahun dianggap lebih rentan. Primigravida memilki insidensi hipertensi hampir dua kali lipat.
b. Predisposi genetik , bukti adanya pewaris secara genetik paling mungkin di sebabkan oleh turunan resesif.
c. Komplikasi obstetrik , kahamilan kembar, kahamilan mola atau hydrops fetalis.

2.4 Komplikasi Yang Mungkin terjadi
a. Eklampsia.
b. Edema serebri.
c. Perdarahan serebri.
d. Perdarahan retina, ketuban.
e. Gagal ginjal.
f. Gagal jantung.
g. Gawat janin, prematuritas, kematian intrauteri.

2.5 Penatalaksanaan
a. Pada pre-eklampsia ringan atau sedang tidak perlu terapi farmakologis, lakukan tirah-baring disertai pemantauan yang cermat di rumah atau dirumah sakit. Tirah-baring akan memperbaiki perfusi darah plasenta,ginjal jantung, otak serta hati dan menghilangkan keadaan iskemia.
b. Pengedalian tekanan darah ibu.
c. Lakukan pemantauan ketat terhadap proteinuria sebelum, selama dan sesudah terapi secara farmakologis.
d. Hindari penggunaan obat-obat golongan sedatif.
e. Hindari penggunaan diuretika.
f. Lakukan pengendalian konvulusi dengan preparat yang aman seperti magnesium sulfat.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Plann/Perencanaan
3.1.1 Identifikasi
Ditemukan 11% kematian ibu di Rumah Sakit Bunda Prabumullih di sebabkan oleh eklampsia.

Dalam perencanaan terdapat :
1. Judul Rencana : Upaya menurunkan angka kejadian pre-eklampsia pada ibu hamil.
2. Rumusan pernyataan & uraian masalah:
Ditemukan 11% kematian ibu di Rumah Sakit Bunda Prabumullih di sebabkan oleh eklampsia pada tahun 2008.
3. Rumusan Tujuan : Menurunkan angka kejadian eklampsia pada ibu hamil dari 11 % pada tahun 2008 menjadi 5% pada tahun 2012.
4. Waktu, pelaksanaan dan pembiayaan :
Kegiatan ini dilakukan :
a. Pada tanggal 12 November 2009 pukul 10.00 WIB.
b. Pelaksanaannya di Rumah Sakit Bunda Prabumullih.
c. Pembiayaannya didapat dari Jamkesmas dan Askes.

3.1.2 Analisis
Setelah dianalisis ternyata penyebab pre-eklamsia yaitu :
1. Tenaga kesehatan yang kurang terampil dalam penatalaksanaan standar pelayanan antenatal care.
2. Kuantitas Tenaga kesehatanya yang masih kurang.
3. Sarana dan Prasarana yang kurang memadai.
4. Tidak terlalu penting ANC dalam Asumsi masyarakat.

Penyebab masalah pre-eklampsia dalam bentuk metodhe fish bone :








3.1.3 Diagnosa
Dari analisis yang diperoleh ada hubungan terjadinya pre-eklamsia dengan penampilan tenaga kesehatan, sarana dan prasarana kesehatan, adat istiadat dan kepatuhan tenaga kesehatan terhadap SOP .

Setelah dianalisis dapat dirumuskan program yang akan dilakukan, yaitu :
1. Tenaga kesehatan terampil dalam mendeteksi kelainan pada kehamilan khususnya pada kasus pre-eklampsia.
2. Tersedianya tenaga medis yang terampil.
3. Terlengkapinya sarana dan prasarana.
4. Melakukan palayanan antenatal yang sesuai dengan SOP.
5. Merubah cara pandang masyarakat.
6. Akses pelayanan secara ekonomis dan geografis.

3.2 Do/Pelaksanaan
a. Melakukan pelatihan tenaga kesehatan dalam mendeteksi kelainan pada kehamilan khususnya pada kasus pre-eklampsia.
b. Meminta Rujukan tenaga medis ke Departemen Kesehatan.
c. Melengkapi Sarana dan Prasarana dengan mengajukan Proposal pada pemerintah yang berwenang.
d. Kepatuhan tenaga kesehatan dalam SOP.
e. Penyuluhan tentang pentingnya ANC untuk mendeteksi secara dini kelainan dalam kehamilan.
f. Akses pelayanan yang terjangkau dan keluarga/masyarakat berpenghasilan cukup.

3.3 Cek/Evaluasi
Pemeriksaan dilakukan selama 3 bulan, dimulai tanggal 19 November 2009 sampai tanggal 20 Februari 2009. Dari hasil pemeriksaan tidak terdapatnya penyimpangan yang ada pada program yang telah direncanakan sehingga tidak dilakukan perbaikan/tindakan lanjut.

3.4 Action/Tindak lanjut
Tidak perlu dilakukan tindak lanjut karena program berjalan sesuai dengan rencana yang telah disusun.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Program menjaga mutu dengan aplikasi PDCA dilakukan untuk dapat melaksanakan dan menyelesaikan suatu masalah supaya dapat meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan secara tepat dan efisien sehingga dapat menetapkan penyebab masalah agar dapat di tindak lanjut. Program ini dilakukan untuk menjaga mutu pelayanan kesehatan dalam melindungi penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan kemungkinan timbulnya gugatan hukum karena pelayanan kesehatan telah terjamin mutunya.
Dari data kasus yang didapat di Rumah Sakit Bunda prabumullih yaitu masalah kematian ibu disebabkan oleh eklampsia 11%, dilakukan penatalaksanaan menggunakan program aplikasi PDCA, pelaksanaannya yaitu Melakukan pelatihan tenaga kesehatan dalam mendeteksi kelainan pada kehamilan khususnya pada kasus pre-eklampsia, meminta Rujukan tenaga medis ke Departemen Kesehatan, melengkapi Sarana dan Prasarana dengan mengajukan Proposal pada pemerintah yang berwenang, kepatuhan tenaga kesehatan dalam SOP, penyuluhan tentang pentingnya ANC untuk mendeteksi secara dini kelainan dalam kehamilan dan akses pelayanan yang terjangkau dan keluarga/masyarakat berpenghasilan cukup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar